Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan di Antara Karemia dan Purnama

30 Mei 2018   23:51 Diperbarui: 30 Mei 2018   23:52 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Ngadiraja mendadak gempar. Suasana yang semula tenang berubah riuh redam oleh kabar yang lekas tersiar . Anak janda miskin di ujung kampunglah sumbernya.

Sebagian warga kampung seolah tidak lagi menghiraukan puasa. Disaat tenggorokan kering menahan haus, nyatanya sekelompok ibu-ibu asyik memperbincangkan rumors paling gres di kampung mereka

"Paling pake pelet itu bocah" celetuk ibu Tinuk yang berbadan nyempluk karena gemuk

"Lha ya itu...kok bisa dua orang tergila -gila sekaligus...untuk hidup sehari-hari saja sudah susah bagaimana  bisa memberi nafkah setelah menikah?" Cibir Suminem gadis desa yang sudah berumur namun masih saja betah melajang

"Makanya kamu ga usah ikut -ikutan kesengsem ya Sum!" Bu RT ikut menimpali sembari memudingkan telunjuknya mengarah ke Suminem

Ssssttt...ssssttt...pak Ustad lewat..bisik Yu Jum si tuan rumah yang terasnya menjadi tempat perhelatan bisik-bisik tetangga saat siang bolong di bulan puasa.

Pria bersarung yang disebut pak Ustad terlihat melintas dengan santai berjalan menuju langgar kampung tak jauh dari tempat perempuan membahasa gosip yang entah. Melihat gelagat perempuan yang baru saja dilewatinya, lelaki setengah baya itu pun menggelengkan kepala selepas memberi salam. Dan dijawab dengan kompak lagi kerasnya oleh segerombol perempuan. 

Mungkin itulah yang disebut dengan "the power of emak-emak". Suara mereka mengalahkan toa langgar dalam menyampaikan informasi. Meski hoax sekalipun.

Kumandang adzan sayup-sayup terdengar. Toa langgar Baitul Adab itu memang  sudah uzur. Tidak pula dilengkapi dengan perangkat speaker dan mic yang stereo. Namun entah kenapa, suara sang Marbot  mampu menembus halang rintang tekhnologi perangkat pengeras suara yang jauh dari kata mumpuni.

"Subhanallah..." Tiap dengar adzan dari langgar, rasa tentram gumam kembang desa anak semata wayang Sang Lurah. Bergegas dia mengambil mukena dan sajadah. Setengah berlari dia menuju langgar. Tak sabar rasanya bertemu saat-saat yang membuat hatinya berdesir. 

Sesaat setelah salat duhur berjamaah, pak ustad memberikan ceramah bagian dari kuliah duhur yang rutin dilakukan selama Ramadan. Meski tak banyak warga kampung yang shalat berjamaah, namun pak ustad tetap bersemangat. Dia selalu mengingatkan bahwa mumpung bertemu dengan bulan Ramadan, perbanyak ibadah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun