Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Visit Kompasiana- Pertamina, Lebih Dari #SaveOwaJawa

21 November 2017   23:56 Diperbarui: 22 November 2017   00:22 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bersama drh Pristiani dan 4 Kompasianer di areal Java Gibbon centre (dok. Asita Dk)

dok.pri 2 individu Owa Jawa di Kandang Pasangan
dok.pri 2 individu Owa Jawa di Kandang Pasangan
Berbeda dengan kandang invidu, kandang yang disiapkan untuk proses rehabilitasi disebut dengan kandang introduksi. Kandang ini berukurans angat besar dan terkesan luas. terdapat beberapa asesories yang terbuat dari ban karet untuk melatih Owa Jawa kembali bergelantungan. di Kandang ini lah proses observasi ketertarikan owa jantan dan owa betina berlangsung. Owa Jawa yang semasa menjadi peliharaan manusia nyaris tidak mengeluarkan suara dan mengkonsumsi aneka jenis manakan dan minuman layaknya manusia, akan mengalami rehabilititasi dan pengenalan habitat awal mereka Mulai dari dipancing agar mengeluarkan suara yang sepintas menyerupai suara raungan sirine yang menggema, hingga mengkonsumi buah dan beberapa jenis tumbuhan. Di Kandang Introduksi inilah Owa Jawa setahap demi setahap dikembalikan pada sifat liarnya. 

Punahnya Owa Jawa terbilang Ironis,  sebagai individu yang menganut monogami, owa Jawa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan reproduksi. Selama berada dalam  proses rehabilitasi, setidaknya butuh waktu berbulan-bulan  untuk menemukan kecocokan satu sama lain. Setelah terdapat tanda-tanda ketertarikan antara 2 individu Owa JAwa yang berbeda jenis kelamin, maka proses selanjutnya dipindahkan ke Kandang Pasangan. Dari kandang pasangan inilah lahir harapan baru bahwa Owa Jawa akan terselamatkan dari kepunahan yang mengancam.

Seperti kisah Ukong (jantan) dan gomey (betina), 2 individu yang berasal dari 2 kota berbeda ini datang di Javan Gibbon Centre pada bulan Januari. 7 Bulan berikutnya, di bulan Agustus Ukong yang datang dari Bogor dan Gomey yang berasla dari Bandung ini pun resmi dipasangkan. Tidak banyak cerita tentang proses pasangan Owa Jawa yang kemudian melahirkan di JGC, namun ada pula yang setelah berpasangan , 2 individu owa siap di Rehabituasi , yakni kembali ke habitatnya dilepas ke hutan luas.Proses Rehabituasi sendiri salah satunya dengan dilepas liarkan dikawasan hutan lindung Gunung Malabar, Gunung Puntang Bandung Selatan, JAwa Barat. Disinilah salah satu pusat yang menjadi sentral kepedulian Pertamina EP asset 3 Subang Field demi kelangsungan ekosistem hayati. 

Owa Jawa dan Lestarinya Vegetasi Hutan Sebagai Paru-paru Dunia

dok.pri pemandu kami memperlihatkan jenis vegetasi yang bisa dimakan
dok.pri pemandu kami memperlihatkan jenis vegetasi yang bisa dimakan
Selesai melihat lebih dekat area Javan Gibbon Centre sebagai tempat rehabilitasi dan reintroduksi Owa JAwa, kamipun bergabung dengan kompasianer lain yang sudah berada di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol kawasan  hutan tropis gunung Gede Pangrango. Tracking atau berjalan kaki menjadi satu tantangan tersendiri ditengah rimba belantara. Jalur yang licin dan sedikit terjal kami lewati dengan berjalan perlahan sembari menyimak pemandu yang menerangkan aneka jenis vegetasi yang beraneka ragam jenis dan manfaat.Sebaiknya selama berada dikawasan hutan tropis, jangan menyentuh tumbuhan sembarangan. Salah sentuh bisa gatal-gatal. Salah satunya berasal dari tanaman daun Fulus. Namun ada juga penawar gatalnya dari jenis tumbuhan lain. 

Kawasan hutan ini pulalah yang menjadi endemik Owa JAwa alami selama ini. Benar saja, dari kejauhan terdengar suara yang awalnya saya kira bunyi sirine meraung-raung. Ternyata bunyi owa Jawa sedemikian dasyatnya menggema di tengah hutan belantara. Owa Jawa selama ini menjadi mitra penyebaran vegetasi secara alami. Owa yang merupakan individu Fruitafora (pemakan buah-buahan) secara tiddak langsung menyebarkan biji dari buah yang mereka makan sehingga populasi beberapa jenis buah langka dalam hutan tetap terjaga keberadaannya. 

Menapak jejak kurang lebih sepanjang 1 Km di kawasan hutan Gunung Gede Pangrango membuat kami mengerti jenis-jenis vegetasi yang selama ini jarang kami temui. Dibalik tumbuh liarnya vegetasi hutan terdapat manfaat yang terkandung baik itu sebagai bahan kosmetika yang beramnfaat untuk menghaluskan kulit, ataupun dapat dikonsumsi selama masa survival bagi para pecinta alam. Ada juga tanaman yang memiliki khasiat obat, obat batuk , gatal-gatal misalnya

Dari sinilah, keberadaan Owa Jawa sebagai habitat endemik perlu dijaga dari kepunahan. Secara tidak langsung Owa Jawa turut menjaga hutan sebagai paru-paru dunia. Nah bagi yang ingin berpartisipasi dalam pelestarian OWa Jawa, bersiap gabung yuks di EVENING RUN # PERTAMINAECORUN2017 yang akan dilangsungkan pada tengah Desember nanti.  Dengan menjadi Peserta kegiatan ini, maka itu artinya turut serta dalam melestarikan owa JAwa dan  Tuntong laut. Sila kunjungi www.imroadrunner.com/pertaminaecorun2017 ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun