Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sandiwara Radio Berkelanjutan, Strategi BNPB Wujudkan Generasi Tangguh Sadar Bencana

7 Juli 2017   00:00 Diperbarui: 8 Juli 2017   19:17 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok pri. Ruang Siar sederhana Kelud FM siap hadirkan ADB 2 ke Ruang Dengar Warga sekitar G. Kelud

dok pri. Ruang Siar sederhana Kelud FM siap hadirkan ADB 2 ke Ruang Dengar Warga sekitar G. Kelud
dok pri. Ruang Siar sederhana Kelud FM siap hadirkan ADB 2 ke Ruang Dengar Warga sekitar G. Kelud
Hal itu juga yang menjadikan saya harus belajar pada lingkungan alam sekitar. Perjalanan selama kurang lebih 1 jam saya tempuh mendekat ke kawasan Gunung Kelud. Berbekal data tahun kemarin yang menyebut Radio Komunitas Kelud FM sebagai mitra siar BNPB dalam menyebarluaskan semangat sadar bencana melalui sandiwara radio. Dari sanalah, semangat itu terpantik. Bertemu dengan mas Suprapto beserta salah satu penyiar yang bernama mas Yogi. Memastikan bahwa tahun ini ABD episode 2 kembali diputar di gelombang yang sama dari pemancar radioa Kelud FM. Dari sebuah ruangan sederhana, pesan-pesan moral dan bangunan mental untuk sadar dan tanggap bencara tersiar. Jangkauan wilayah  siar radio komunitas yang terbatas tidak membuat mereka patah semangat. Setidaknya 4 kecamatan di sekitar lereng Gunung kelud bagian barat memiliki media siar terkait kebencanaan yang berasal dari aktifitas Kelud.

Esok harinya, begitu semangat saya meminjam radio tetangga. Pak Senen namanya. Pagi hingga sore pak Senen menggarap sawah di kawasan desa Banggle. Biasanya malam hari terdengar suara wayang kulit yang berasal dari radio miliknya. Itulah kenapa kemudian saya tau pasti bahwa masih ada pendengar setia radio, apalagi di wilayah pedesaan. Saya memastikan beberapa gelombang radio komunitas wilayah Kediri. Nihil...suaranya tidak cukup jelas untuk mendengarkan sebuah percakapan radio. Akhirnya saya pun memantapkan diri bahwa esok hari saya kembali dengan streaming radio. Untuk tetap survive sebagai media siar, radio pun memanfaatkan akses teknologi internet. Tak hanya streaming , melainkan juga media sosial berupa facebook, twitter atau blog untuk memudahkan pendengar setia mengakses siaran yang tersaji.

dok.pri radio milik tetangga, saya mau live streaming saja
dok.pri radio milik tetangga, saya mau live streaming saja
Jika dulu untuk interaktif dengan radio kita membutuhkan telepon, saat ini media sosial pun bisa dimanfaatkan untuk mengakses informasi ataupun interaktif. Itu yang saya lakukan untuk memastikan jadwal siar Asmara ditengah Bencana 2. Cukup dengan mengirim pesan via timeline Facebook atau messanger saya pun mendapat konfirmasi dari beberapa radio diantaranya CJDW FM Boyolali dan Senaputra Malang. 

Ah, jadi penasaran dengan kelanjutan jalan cerita Asmara di Tengah Bencana. Bagaimana kisah cinta Setyaningsih dan raden Jatmiko. JIka di ADB 1 cerita tentang bencana meletusnya Merapi dapat diJumpai pada seri ke 36 dst, akankah di ADB 2 BNPB menambah lebih bobot cerita tentang kesiapasiagaan bencana hampir disetiap seri yang diperdengarkan? Semoga saja itu menjadi strategi komunikasi yang efektif membangun kedasaran dan mampu mewujudkan generasi tangguh bencana kedepan.

Tidak ada salahnya juga jika BNPB mempertahankan kuis sandiwara radio yang berisi pertanyaan seputar kesiapsiagaan hadapi bencana.  Seperti sebelumnya, pendengar cukup menjawab kuis lewat twitter atau facebook. Ternyata tanggap bencana bermula dari hal sederhana. Membuka ruang dengar agar lebih jeli. Bersahabat dengan alam dan nguri-nguri kearifan lokal, itu diantaranya.

Besok Sandiwara Radio siap siar

sugeng midangetaken

salam tangguh!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun