Sungguh tak dinyana saya bisa berada di kawasan  yang menjadi destinasi wisata kelas dunia. Ini kali ketiga saya berkunjung ke tanah Papua. Papua menjadi tanah terberkati dalam tiap kunjungan. . Selalu ada haru rindu ketika saya harus menuliskan betapa besar potensi Papua. Dalam hal wisata,  setiap jengkal tanah papua benar-benar menampakkan betapa autentiknya Papua. Tak tergantikan dan hanya dapat dinikmati pesona aslinya hanya di sana,di Papua. Eksotika tanah Papua sempat saya tuliskan dalam artikel ini
Pulau yang menyatu dengan wilayah Papua New Gini ini merupakan pulau terbesar kedua. Bentang wilayah Papua sepintas menyerupai kepala burung .Panorama alam disana tiada duanya. Â Seluas mata memandang terdapat gunung-bukityang menjulang. Hamparan laut, danau hingga sungai terdapat di beberapa tempat yang menjadi salah satu sumber peradaban masyarakatnya menyatu dengan identitas budaya yang terjaga.
Sekitar tujuh jam perjalanan dengan menggunakan pesawat udara dari Jakarta/Surabaya/ Yogyakarta). Sesampainya disana, alangkah sayang jika tidak menyelami kehidupan masyarakat Papua yang autentik. Masyarakat Papua adalah masyarakat yang ramah. Jangan segan untuk menyapa terlebih dahulu. Sapa hangat salam semisal : Selamat Pagi Bapa atau Mama atau Kaka  bila bertemu, niscaya  akan dibalas ramah oleh mereka disertai  dengan senyum mengembang memperlihatkan gigi yang rapi dan tampak kokoh. Jangan heran jika melihat warna merah melekat di bibir warga Papua. Mengunyah pinang sirih menjadi tradisi pergaulan hampir di semua lapisan masyarakatnya. Jangan sungkan untuk ikut mencoba mengunyah pinang sirih jika ke Papua. . Oh ya Jenis buah pinang dan bunga sirihnya berbeda dengan yang ada diluar wilayah Papua. Ini baru satu dari sekian banyak yang autentik dari tanah Papua. Konon berkhasiat untuk menguatkan gigi dan mencegah berkembangnya bakteri. sejenak nikmati saja sensasi rasanya.Â
Daun Gatal, Noken dan Batik Papua Autentik Adanya
Berada di tengah masyarakat yang berbeda adalah tantangan sekaligus petualangan dalam wisata. Inilah keunikannya. Merasa tersesat di Papua? Tentu saja tidak. Â Sebab Papua adalah kita. Hal itu yang harus dicoba jika ingin merasakan sensai wisata yang berbeda dari biasanya. Seperti yang pernah saya coba ketika saya berada di Kota Sorong. Mengunjungi pusat ekonomi masyarakat asli Papua di Pasar Remu. Dan Banyak hal Autentik saya temukan disana.
Pegal dan capek di badan akibat banyak kegiatan terkadang menjadi keluhan ketika berwisata. Banyak tempat pijat ditawarkan di beberapa lokasi wisata. Tidak demikian halnya di Papua. Warga Papua akan dengan senang hati menunjukkan daun gatal yang banyak dijual di pasar tradisional. Cukup dengan membeli daun gatal seharga Rp 10.000 saja , pegal dan capek badan akan hilang. Caranya? menggosokkan gaun gatal pada tangan , kaki , dan punggung. Itu yang dilakukan oleh masyarakat Papua. Sepintas daun ini tampak kasar dan mengandung duri lembut pada satu sisinya. Jika di gosokkan di badan, sebentar kemudian akan berwarna merah dan bentol-bentol. Namun ini cara unik sekaligus manjur ala Papua mengusir cepek dan Pegal.
Keunikan lain yang saya jumpai di Pasar Remu antara lain telur penyu. Kali pertama saya melihat telur yang gembur. Meski sudah di rebus, telur penyu tetap saja gembur. cara menikmatinya sedikit unik, cukup sobek kulit luarnya dan lelehan cairan telur penyu dapat dihisap. Rasanya? luar biasa unik. Setumpuki telur berisi 5 butir dijual seharga Rp 20.000 saja
Ragam batik pun ada di Papua. Motif yang eksotis dengan warna-warna cerah dan tegas menjadi ciri khas batik Papua. Coraknya menyerupai lukisan tradisional suku-suku yang ada di Papua. Batik Papua menambah autentinya Papua. Dan lagi-lagi, produk kerajinan masayarakat Papua yang sempat menjadi sarana alat demokrasi politik ini menjadi satu dari sekian banyak yang authentik di Papua. Ya, Noken tidak lagi sekedar menjadi alat gendong bayi. Motif dan warna Noken yang cantik siap mendunia.
Wisata Sejarah - Spiritual Papua : Dari Pulau penginjil Mansinam Hingga Jejak Sejarah Islam di Raja Ampat
Tahun 2008 silam, kali kedua saya ke Papua. Agenda Jambore Kebangsaan di Manokwari - Papua mengantarkan saya pada sebuah jelajah peradaban tanah Papua. Pulau Mansinam, satu dari gugusan kepaulauan yang letaknya tidak jauh dari Manokwari, Â ibu kota Propinsi Papua Barat. Tidak banyak hal yang saya ingat. Terlebih dokumentasi kurang begitu memadai. Namun, ini sisi lain dari masa depan wisata Papua yang akan mampu menarik perhatian kalangan Sejarawan, Rohaniawan dan penikmat wisata spiritual kelas Dunia. Di Pulau Mansinamlah kali pertama penyebaran Injil di Papua.
Hal unik yang saya temukan di Mansinam berupa segarnya air tawar yang berasal dari sumur padahal sumur tersebut letaknya tak jauh dari pantai. Secara logika, air sumur tersebut berasa payau , sedikit asin. Namun keunikan tanah Papua menjadikan air di sumur mansinam segar tawar layaknya air mineral kemasan yang bisa langsung diminum melepas haus dahaga.
Tidak hanya Jejak penginjil yang terpahat dalam sejarah peradaban di Papua. Sejarah Islam menarik untuk ditelisik. Siapa yang menyangka , Raja Ampat bukan hanya menyajikan pesona alam layaknya surga dunia. Raja Ampat jika ditelusur merupakan wilayah yang sempat di klaim masuk dalam wialayh kesultanan Tidore - Maluku. Ini menjadi khasanah nilai sejarah tersendiri, bahwa  berwisata ke Raja Ampat bukan untuk menikmati panorama alam semata, melainkan juga sebagai sarana napak tilas sejarah Islam yang kemudian masuk ke Papua.Â
Sudah siap berwisata Ke Papua?
Visit Authentic Papua Year
Sio Ya Tuhan, Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H