Dua hal antara volley dengan jahe merah Nom Ji sepertinya sudah menjadi senyawa yang menjadikan pak Bambang selalu semangat dalam menjalanan hidupnya. Dia menambahkan bahwa di rumahnya juga memproduksi sirup jahe merah dalam kemasan botol. Ini upaya pak Bambang untuk menggiatkan semangat wirausaha dan ekonomi kretaif di Kota Cilegon.Â
Ketika saya bertanya kenapa minumannya diberi nama bir Jawa? Pak bambang menjawab, itu semua untuk meredam rasa penasaran alias coba-coba dari kalangan generasi muda Kota Cilegon agar tidak terjerumus mengonsumsi minuman beralkohol.Â
Dia menerangkan bahwa Kota Cilegon tidak bisa dipisahkan dari nafas Islami, jadi ini menjadi upaya menjaga nilai-nilai keislaman di kalangan generasi muda agar tidak menjadi korban dari laju jaman yang semakin bebas. Wah, Ada misi luar biasa terselip dibalik Usaha Nom-Ji.Â
Inovasi dan kreativitas Pak Bambang, tak berhenti sebatas Bir Jawa, sedikit dia ceritakan, bahwa saat ini dia sedang melakan uji coba menu baru berbahan dasar singkong. Saya pun berusaha mencari bocoran menu seperti apa yang akan dia hasilnya. Sayangnya, Pak Bambang "keukeuh marekeuh"Â merahasiakannya. Dia hanya memberi tahu setelah lebaran nanti, menu baru itu dapat dinikmati di gerai Nomji.
Berbincang tentang peluang kedepan mengembangkan gerai Nom-Ji, Pak Bambang belum terfiir untuk membuka cabang apalagi membuat sistem Franchaise seperti kebanyakan.Â
"Lain tangan nanti lain rasanya," demikian dia berujar.
Pak Bambang juga akan mempertahankan konsep gerai kaki lima dengan harapan dapat menyajikan tempat nonkrong yang terjangkau bagi warga Kota Cilegon.
Terimakasih Pak Bambang, Kang Nasir.
Semoga tulisan ini dapat memperkaya khazanah kuliner kita semua.
(Tulisan ini didukung olek dokumentasi dr Arum Sato, melalui fase edit oleh Kang TS, dan kritik dialektik melalui diskusi santai dg Bang Isson dan Bang Iskandar Zulkarnain, yang merubah paradigma kata "beliau" sebagai kaidah jurnalistik yang kurang pada tempatnya)