Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Kuliner] Aku Anak Penjual Getuk Singkong, Engkau Anak Pengusaha Keju

9 Juni 2016   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2022   04:37 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gethuk Singkong (sumber : www.resepmasakita.com)

"Great taste" and bla..bla..bla terjadi percakapan diantara mereka.

Tiba-tiba terlihat Erick sibuk membongkar tas yang sedari tadi dia gendong dipunggung. Tas itu tampak besar. Seperti kebanyakan turis-turis asing gunakan ketika mereka berjalan menyelusuri jalanan di Malioboro. 

"this is it" girang setengah berteriak dia berkata

Aku mulai mengamatinya. Memastikan benda yang dia pegang. Tampak dalam kotak. lalu dia keluarkan

"do yo know this? Erick mendekat dan bertanya padaku sembari memperlihatkan benda berbungkus kertas mengkilap berwarna perak

"Cheese"  dia yang bertanya dia juga yang menjawab

Aku hanya mengangguk. Melihat apa yang akan dia lakukan kemudian. Dalam kotak yang dia gunakan untuk menyimpan keju ada sejenis alat. Lebih tepatnya sejenis parutan keju. Dan benar saja. Erick pun menggerakkan tangannya dengan cekatan. Merubah bentuk keju yang semula kotak padat menjadi serpihan memanjang dan bertabur diatas potongan getuk.

"So delicious" Pekiknya sembari mencomot potongan terakhir gethuk yang telah bertabur keju parut.

Dia keluarkan dari dalam tasnya beberapa potong keju dan dia berikan itu kepadaku. Dia memintaku memarutkan keju-keju itu diatas gethuk-gethuk beralaskan daun pisang. Simbok hanya melongo melihat apa yang tengah terjadi.Setelah membuat atraksi parutan keju, membayar dengan harga yang tak terduga lagi berlebih . Mereka berlalu. 

Atraksi 3 turis Beanda itu ternyata menjadi pusat perhatian pengunjung. Sungkan mereka mendekat. Nyatanya begitu turis itu berlalu. Serbuan pembeli berkerubut bak semut. Dalam sekejap gethuk buatan simbok habis tak tersisa. Pantas saja wong gethuknya begitu istimewa bertabur keju asli dari negara asalnya. Tak seberapa lama, ketika kami bersiap pulang membawa bakul yang telah ringan. Sosok menghebohkan itu datang kembali. Kali ini dia sendiri. Entah dimana 2 teman yang menjadi rombongannya.

Dan bagaikan disambar petir disiang hari, tanpa ada hujan yang menyertai. Aku pingsan ditengah pasar akibat kata-kata yang diucapkan Erick

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun