Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Kuliner] Aku Anak Penjual Getuk Singkong, Engkau Anak Pengusaha Keju

9 Juni 2016   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2022   04:37 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah mbok, aku ini menuruni sifatmu. Tidak mau berfikir njimet. Yang tidak ada tidak usah dipaksakan ada. Saat ini jalani saja apa yang ada. Dihadapanku ada gethuk. Akan aku bawa kemana masa depan kami bersama gethuk-gethuk ini. Itu saja. Jauh lebih realistis ketimbang harus berjibaku dengan pemikiran yang tak berkesudahan. 

Pagi itu, menjadi titik awal aku memaknai keajaiban dibalik gethuk-gethuk buatan simbok. Ketika rombongan  wisatawan mancanegara melewati tempat simbok berjualan di sudut pasar Beringharjo Yogyakarta. Dari sekian banyak rombongan turis yang melintas, hanya 3 orang yang kesemuanya adalah laki-laki yang melirik dengan makanan berwarna hijau itu.

Lelaki berkulit putih pucat, bermata biru, berhidung mancung dan berambut pirang itu lantas mendekat. Menunjuk gethuk dengan telunjuknya yang juga berwarna putih pucat

"what is this" agak terbata dia bertanya

"Gethuk" nyaris bersamaan dan begitu kompak simbok dan aku berucap menjawab tanya turis itu.

"Ge...tu..c" ulangnya terdengar lucu dengan mulutnya yang tampak maju. Mecucu, orang Jawa menyebutnya demikian.

Dan pertanyaan demi pertanyaan satu per satu terlontar. Aku sedikit banyak bisa menjawab dengan kapasitas bahasa Inggris yang pas-pasan. Melihat situuasi dan keadaan, Simbok memintaku untuk melayani turis yang ternyata berasal dari Belanda itu. 3 porsi gethuk terhidang ditangan mereka. Tiba-tiba seseorang dari mereka mengulurkan tangan kanannya sembari berucap :

"Erick"

Spontan aku menyambut uluran tangan itu dan berkata

 "Lindri"

"Ge..tuc...Lindri", tiba-tiba turis bernama Erick itu menggabungkan gethuk dengan namaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun