Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rindu Martabak Lebaksiu, di Madiun Harga Martabak Minta Ampun

6 April 2016   21:54 Diperbarui: 7 April 2016   16:28 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini mungkin kali pertama saya membeli martabak telur di Madiun. Sebelumnya saya selalu membeli martabak manis dengan varian baru yang disebut martabak unyil atau martabak mini. Nama martabak manis jenis ini sesuai dengan tampilannya. Dibuat dalam loyang kecil, sehingga 1 martabak mini bisa langsung hap..masuk dalam mulut. rasanya pun bisa lebih banyak pilihan. Martabak jenis ini sepertinya merupakan produk inovatif yang menjadikan martabak tetap bisa dilirik karena bentuknya yang menarik. harganyapun sangat murah. 1 martabak mini dengan 1 toping hanya dijual seharga Rp. 1000 - 1500. Untuk tambahan toping lain dikenakan harga tambahan Rp 500 saja. Ini menjadi pilihan martabak dengan harga merakyat. 

[caption caption="dok.pri Martabak mini hanya Rp. 1000- 2000/ buah"]

[/caption]Jika biasanya saya membeli martabak lebaksiu yang di masak di gerobak ber-etalase kaca. Di madiun, martabak dijual dalam gerai atau sejenis kios. Penjual  Menggunakan merk salah satu sebutan nama negara yang identik dengan kincir angin. Entahlah, semoga ini martabak tidak benar-benar berasal dari sana.

Gerai itu terlihat sepi, tak ada pembeli. Saya pun memesan 1 martabak telur. Perempuan itu kemudian meminta saya memilih varian rasa antara ayam, kambing, sapi atau tuna. Setelah saya sebutkan pilihan, dia pun memanggil temannya, seorang laki-laki yang kemudian tampak menyiapkan penggorengan dan mengolah isian. Perempuan yang diawal tadi mempersilahkan saya duduk menunggu. Saya kurang bisa melihat pembuatan martabak dengan leluasa seperti ketika saya membeli martabak Lebaksiu. Gerai martabak yang ini di desain sedemikian rupa. Ada pembatas setinggi dada, sehingga aktifitas memasak martabak tidak bisa dilihat dari posisi pembeli. saya pun memilih duduk sambil menunggu. 

Belum terlihat martabak di penggorengan hingga munculnya sosok laki-laki lain yang kemudian menggantikan, lebih tepatnya meneruskan pekerjaan kawan laki-laki yang sebelumnya. Alhasil saya melihat ada 2 orang lelaki yang masing-masing punya tugas berbeda dalam mengolah 1 pesanan martabak. lagi-lagi saya membandingkan, martabak lebaksiu dari awal sampe akhir, hanya dimasak oleh 1 orang saja. 

Saya mendadak teringat omongan orang tua yang menyebut bahwasanya masakan yang dimasak dengan tangan yang berbeda dalam 1 proses biasanya rasanya kurang sedap. Ahh saya pun mempercayakan pada pihak penjual martabak, dengan harga yang mereka bandrol dari harga terendah Rp. 55.000, kemudian Rp.75.000 hingga Rp 100.000 ini, semoga rasanya pun sesuai.

Andai ini martabak Lebaksiu, harga 1 porsi martabak yang saya pesan sekarang, bisa untuk beli 3 martabak telur istimewa. Ahh sudahlah, toh Lain dapur, lain sumur. Wajar mereka mematok harga yang cukup tinggi. Ada 3 pegawai yang harus tetap digaji terlepas  martabak ini ada atau tidak pembelinya. belum lagi sewa gerai yang mereka tempati. 

Semoga saja harga martabak di Madiun ini tidak mengikuti jejak harga martabak anaknya pak Presiden dengan segala inovasi tampilan dan rasanya. Kalo martabak yang saya beli ini berada di Jakarta, mungkin terkesan wajar. Tapi ini Madiun, jika 1 porsi Martabak telur dijual diatas Rp. 50.000 dan martabak manis loyang kecil dengan 1 jenis toping dijual diatas Rp. 35.000, sungguh saya rindu martabak Lebaksiu.

Bagaimana dengan harga martabak di kotamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun