Mohon tunggu...
Muhammad Nabil
Muhammad Nabil Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 1

Pelajar generasi rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sang Kiyai Penakluk Kolonialisme

17 November 2021   22:20 Diperbarui: 17 November 2021   22:55 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu di Surabaya, gema tahlil membahana masyarakat berkumpul untuk mendengarkan ceramah yang akan dismpaikan oleh Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari. Mereka berduyun-duyun, menggemakan takbir sembari menunggu sang kiyai yang penuh kharisma itu menyampaikan tausiyahnya.

“Saudara-saudaraku, dalam kesempatan ini marilah kita merunduk sejenak,bertafakur dan tentu saja menyampaikan puji-puji kita kepada hadirat Allah Swt. Yang telah begitu banyak mencurahkan rahmat-Nya kepada kita. Salah satunya adalah dengan mendatangkan wasilah tentara Jepang untuk mengusir kompeni yang sudah bercokol kurang lebih delapan generasi. Kita patut bersyukur, dan salah satu cara bersyukur adalah dengan mengisi kesempatan baik ini untuk menata negeri sendiri. Membangu pranata madrasah untuk menyokong kecerdasan umat, dan tentu saja kita tingkatkan hubungan baik ini dengan pemerintahan Jepang.”

Begitulah seruan sang kiyai yang diiringi dengam semangat yang membara dan gelora seruan dari masyarakat yang hadir.Tak ketinggalan, Bung Karno dan Bung Hatta pun menyerukan suara yang sama. Bagaimana tidak, berkat Jepanglah kompeni darah biru itu bisa terusir dari negara kita.

Tak berselang sebulan, seperti lilin yang tertiup angin harapan bangsa Indonesia akan kemerdekaan menjauh. Jepang yang menjanjikan kepada Bung Karno untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan dibawah kibaran bendera merah putih. Kini janji itu mereka khianati. Ya mereka ternyata kompeni baru yang menggantikan tugas kolonial sebelum mereka.

15 Juli 1942, para pemimpin rakyat bermata sipit itu membuat kebijakan sepihak yang berdampak rakyat pribumi sulit mendapat, obat-obatan, rumah sakit langka, dan penyakitpun mereka obati dengan cara tersendiri. Kelaparan melanda dimana-mana. Para pria dirampas, dipekerjakan secara paksa, bahkan diasingkan. Siaran radio hanya diperbolehkan Dai Nippon saja.

Ribuan tenaga kerja paksa diungsikan keluar Jawa bahkn sampai keluar negeri. Mereka diperlakukan tidak manusiawi, mereka dipaksa jadi Romusha. Ribuan romusha dikerahkan ke medan pertempuran Jepang di irian,Sulawesi,Maluku,Malaysia,Thailand,Birma dan beberapa negara lainnya.

Kenyataan yang miris, begitu kejam kolonial baru ini, kebijakan demi kebijakan aneh yang semakin membuat tangis darah dan kepedihan membara bangsa Indonesia terus mereka keluarkan. Bahkan Ribuan wanita yang tentara kompeni tangkap dijadikan budak seks para tentara bejat itu. Sekolah-sekolah dipaksa ditutup, buku pensil serta alat tulis lainnya menghilang dari pasar. Akhirnya pribumi membuat buku sendiri dan pensilnya terbuat dari arang, sehingga sulit sekali menulis.

“Saudara-saudara, madrasah dan sekolahan tidak boleh ditutup, sebab sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk mercerdaskan kehidupan anak bangsa. Dan kita jadi sadarlah, ternyata oramg kulit kuning, Jepang datang kebumi pertiwi kita ini tidak hendak untuk membantu kita, tapi merebut kekuasaan dari Belanda untuk mereka sendiri.”

Begitulah seruan Kiayi Hasyim asy’ari dimana mana, dan seruan itu juga menjadi topik besar-besaran di Soeara Nadhatul Oelama.

Selain itu pun, Kiyai Hasyim menyerukan bahwa keinginan dan semangat orang-orang berkulit kuning itu untuk nebguasai Asia adalah untuk kepentingan pribadi. Karena mereka butuh akan sumber daya minyak bumi. Dada sang Kiyaipun dibuat miris akan kebijakan yang sangat membuatnya sedih. Yaitu sebuah ritual membungkukkan badan ke istana kaisar jam 7 pagi yang mirip dengan rukuknya orang muslimin. Apalagi kiblatnya mengarah kepada kaisar Jepang Tenno Heika, yang diyakini orang asia timur itu adalah titisan dewa.

“Saudara-saudaraku seiman dan sebangsa membungkukkan badan serupa rukuk dalam sholat untuk menghadap kepada kaisar Jepang sebagai penghormatan adalah bagian dari kemusyrikan. Karena itu haram hukumnya.” Seru sang Kiyai kepada para masyarakat yang mendengarkan ceramahnya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun