"Sudah saatnya dirimu harus kembali pada keluarga yang selama ini begitu mencintaimu, Mas. Biarlah aku di sini berteman dengan sepi meratapi setiap waktu yang berjalan, hingga bayi ini lahir ke dunia. Setelah itu izinkan aku pergi dari hidupmu, "pintaku dengan berurai air mata.Â
"Izinkan aku mendampingimu dan menunggu bayi kita lahir ke dunia, Rin. Aku akan tetap bertanggung jawab atas keselamatan kalian. Aku Ayahnya, kewajiban aku menafkahinya hingga dewasa nanti. Sekali lagi, beri aku kesempatan untuk melihatnya." Mas Agung terus memohon. Aku lihat ada bulir bening di matanya. Beberapa saat telah menjadi aliran air yang menganak sungai di pelataran sesak. Ah, Mas Agung begitu mencintaiku, tapi atas nama kemanusiaan aku harus iklhas melepaskannya.Â
Semenjak saat itulah, perlahan mencoba mulai menerima apapun yang terjadi nanti setelah bayiku lahir, sekalipun hal yang terburuk menimpaku saat diceraikan oleh Mas Agung . Demi kebahagiaan keluarga mereka, harus Ikhlas. Toh, aku sudah bahagia dicintai dengan begitu tulusnya. Aku siapa?? Hanya wanita lemah yang hadir sebagai parasit di kehidupan rumah tangga orang lain.Â
Bekasi, 27 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H