"Sangat penting, Pak. Untuk syarat kelulusan saya mendapat gelar Sarjana."
Pak Dosen hanya mengangguk kepala, sambil sesekali menulis catatan pada buku yang dipegangnya.Â
"Jelaskan alasan melakukan penelitian ini dan mengapa tertarik mengangkat hal tersebut dalam penelitian?" tanya Dosen lain.
"Waduh! Pertanyaan tingkat dewa," celoteh batinnya.Â
Biasanya Dosen Penguji akan menilai logika berpikir mahasiswa dari alasan dan cara menjawab pertanyaan tersebut. Bila jawaban dirasa tidak masuk akal atau mahasiswa kesulitan menguraikan alasan, tentunya mengurangi penilaian.
Lagi-lagi Lala hanya menjawab sebisanya, untuk menutupi rasa gugupnya. Padahal materi ini sudah dipelajarinya semalam. Mendadak hilang dalam ingatan.Â
Setelah beberapa pertanyaan diajukan. Dosen penguji mempersilakan Lala untuk meninggalkan ruangan. Tanpa memberikan catatan penting. Lala benar-benar down seakan perjuangannya sia-sia. Dia sadar sidang ini gagal.Â
***
Di kamar kost berukuran 35 meter persegi, jam dinding menunjukkan pukul 20.00, Lala merebahkan badannya di sebuah kasur kecil. Dia terlihat tak bersemangat, masih memikirkan sidang siang tadi.
"Ahh, Betapa bodohnya aku!" umpat dirinya.Â
Teringat pada sosok kedua orangtuanya, yang setia menunggu kabarnya. Air matanya bercucuran membasahi pipi. Kemudian diambilnya handphone yang tergeletak di sebelahnya. Lala mencoba menelpon mereka. Berkali-kali tak mendapat jawaban.Â