Sudah ada di dalam sana, tiga orang Dosen duduk berjejer dengan tatapan yang tajam, seakan tak sabar memberondonginya berbagai pertanyaan yang sulit.Â
"Duhh, Gusti, kenapa jadi panas dingin begini? Yang aku hadapi baru manusia. Bukan Tuhan atau Presiden," ucap batinnya dibalut rasa tak menentu.Â
Lala mencoba menenangkan diri. Terkadang untuk menghilangkan rasa grogi, memainkan dasi yang menempel di dadanya.Â
"Tadi perasaan saat di luar, aku begitu sangat tenang. Kenapa di sini gugup? Heiii, Lala ... fokus ... fokus ... Ini penentuan masa depanmu!"Â
Lala mencoba menyemangati diri. Meski tetap saja didera rasa takut yang tiba-tiba datang menyergap. Takut tak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.Â
"Lala ... Apa anda sudah siap?"Â
DeggÂ
Pertanyaan itu membuat dadanya semakin berdebar kencang.
"I ... iya. InshaAllah sa ... saya siap," jawab Lala gugup.Â
"Jelaskan pada kami, mengapa penelitian ini penting dilakukan?"
Mendadak Lala blank, tak ingat apa yang harus dijawabnya. Padahal dalam skripsi sudah ada beberapa gambaran jawaban atas pertanyaan dosen. Akhirnya Lala menjawab sebisanya.Â