Mohon tunggu...
Dewi Sulistiawaty
Dewi Sulistiawaty Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Make it simple!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gastrodiplomasi, Strategi untuk Menduniakan Kuliner Indonesia

10 Maret 2024   03:18 Diperbarui: 10 Maret 2024   08:31 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pribadi

Selain berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh, makanan juga dapat menjadi sarana dalam membangun hubungan serta mendekatkan diri dengan orang yang ada di sekitar kita. Momen makan bersama biasanya menjadi momen untuk melakukan kegiatan komunikasi, berbincang akrab, hingga terjalinnya hubungan yang hangat. Strategi inilah yang kemudian digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan kuliner nusantara ke kancah dunia.

Gastrodiplomacy, sebuah istilah yang awalnya diinisiasi oleh pemerintah Thailand di tahun 2002. Diplomasi gastronomi tersebut bertujuan untuk mendorong agar lebih banyak lagi orang di seluruh dunia yang makan masakan Thailand. Keberhasilan Thailand dengan jenis diplomasi yang mengandalkan makanan sebagai instrumen diplomasi tersebut kemudian diadopsi oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, dengan meluncurkan program gastrodiplomasi pada tahun 2021.

Tujuan diusungnya program tersebut adalah untuk mempromosikan gastronomi Indonesia ke dunia internasional melalui berbagai cara, seperti peningkatan nilai ekspor rempah-rempah, mendorong UKM di sektor industri bumbu masakan, serta memperbanyak restoran Indonesia di luar negeri sebagai display kuliner lokal. Belakangan, program ini populer dengan sebutan Indonesia Spice Up the World (ISUTW).  

Informasi ini disampaikan oleh Ria Musiawan selaku Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC) dalam sambutannya pada kegiatan IGC Talks yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 9 Maret 2024 di Gedung Yustinus Unika Atma Jaya, Jakarta. Acara tersebut turut menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya Odo Manuhutu selaku Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Ani Nigeriawati selaku Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Drs. Teuku Rezasyah, Ph.D selaku Associate Professor di Universitas Padjajaran Bandung, serta Chef Ivan Leonard selaku Executive Chef di Hotel Tentrem Yogyakarta.

Sumber gambar: pribadi
Sumber gambar: pribadi
"Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Luar Negeri secara agresif menyelenggarakan Gala Dinner di G20 dan ASEAN Summit Meeting sebagai bagian dari program diplomasi kuliner untuk mencapai kepentingan nasional, dan menumbuhkan saling pengertian antarnegara anggota," tutur Ria dalam sambutannya.

Hal inilah yang kemudian mendasari IGC yang selama ini turut terlibat dalam kegiatan penyusunan ISUTW untuk menyelenggarakan IGC Talks, dengan mengusung tema Gastronomy Beyond Borders: Gastrodiplomacy Strategy from Indonesia Spice Up the World (ISUTW) Program to Gala Dinner in G20 and ASEAN Summit Meeting. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi yang berkualitas dari para narasumber yang kompeten di bidangnya kepada publik mengenai diplomasi gastronomi Indonesia, memberikan pengetahuan tentang sejauh mana pemerintah telah mengimplementasi diplomasi gastronomi melalui program ISUTW, serta memberikan gambaran strategi yang sedang dan akan dilakukan oleh pemerintah.

Lebih lanjut Ria menyebutkan bahwa kegiatan IGC Talks merupakan bagian dari visi misi IGC sebagai pelestari, penguat makanan dan minuman Indonesia beserta sejarah dan budayanya guna memajukan Indonesia dari berbagai bidang. Ia berharap, penyelenggaraan kegiatan IGC Talks ini dapat memberikan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan untuk menjalankan diplomasi gastronomi Indonesia yang ideal, efektif, dan efisien.  

Diplomasi Gastronomi Indonesia

Dalam paparannya, Plt. Asisten Deputi Bidang Koordinasi Parekraf Kemenko Marves mewakili Edo Manuhutu yang berhalangan hadir mengatakan bahwa dengan adanya program ISUTW diharapkan semakin banyak entitas yang peduli dan mampu mengangkat berbagai kuliner lokal, terutama dalam mempromosikan bumbu-bumbu yang ada.

"Karena basis negara kita tropis, penghasil rempah-rempah, sehingga perlu dihilirisasi juga melalui bumbu. Kekayaan cita rasa yang dimiliki Indonesia ini menjadi satu strategi atau poin yang perlu dicermati dan dikelola dengan baik, bahkan dikalilipatkan manfaat ekonominya," ungkapnya.

Namun begitu, menurutnya masih ada beberapa permasalahan yang menyebabkan kuliner dan bumbu Indonesia kurang dikenal dunia. Padahal kuliner dan bumbu Indonesia memiliki cita rasa yang khas dengan potensi rempah yang tinggi. Beberapa negara di dunia telah meluncurkan program gastrodiplomasi, salah satunya negara Thailand, yang berhasil dengan Global Thai Program. Untuk itulah Indonesia kemudian meluncurkan program ISUTW.

Pembentukan Komite ISUTW sendiri terdiri dari pemerintah, asosiasi, serta para pelaku usaha, dengan target utamanya bumbu dan restoran. Dalam program tersebut, ISUTW telah melakukan berbagai upaya, termasuk dengan melakukan pengembangan konsep ISUTW untuk ke depannya, seperti pengembangan restoran, pengembangan produk, dan pengembangan manajemen rantai pasok.

Sementara Ani Nigeriawati menyampaikan bahwa menurutnya gastrodiplomasi itu mengandung aspek sosial budaya, karena kuliner Indonesia sendiri terdiri dari berbagai kearifan lokal. Selain itu, gastrodiplomasi juga memiliki nilai ekonomi, serta nilai politik, misalnya pada saat pertemuan G20 dan ASEAN Summit Meeting.

"Saat pertemuan itu kita sajikan berbagai makanan Indonesia, dan makanan tersebut menjadi alat politik juga, karena kita bisa lakukan lobi atau pendekatan. Pendekatan lewat makanan itu biasanya akan lebih efektif. Jamuan makan seperti ini tidak sekedar mempromosikan makanannya saja, namun justru pada saat itulah pembicaraan-pembicaraan penting dilakukan, dan beberapa kesepakatan pun terjadi," ujar Ani.

Pendataan dan pemetaan potensi restoran Indonesia yang ada di luar negeri pun terus dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Gastrodiplomasi Indonesia 2021, terdapat 1.120 restoran Indonesia yang tersebar di seluruh dunia. Selain pendataan dan pemetaan, acara promosi perwakilan RI pun terus ditingkatkan.  Menurut Ani, perwakilan RI memiliki peran yang sangat penting dalam mempromosikan kuliner Indonesia.

Namun dibalik berbagai dukungan diplomasi gastronomi yang dilakukan pemerintah, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, di antaranya berupa keterbatasan dukungan finansial, belum tersentuhnya untapped market, tantangan lokal, kendala bahan baku dan eskpor pangan Indonesia, ketersediaan SDM, serta kurangnya chef Indonesia di luar negeri. Bagaimanapun juga, program gastrodiplomasi di Indonesia dapat berjalan dengan sukses jika semua pihak memberikan dukungannya terhadap program ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun