"Mengakhiri ketidaktahuan dan ketidakpahaman itu menjadi sesuatu yang sangat penting. Di sinilah peran CSO atau komunitas, yang bisa bergerak di depan dalam penanggulangan HIV/AIDS karena dianggap mampu dalam menjangkau populasi terdalam. Saya harap informasi yang benar mengenai HIV/AIDS ini bisa sampai pada masyarakat, sehingga masyarakat menjadi paham, kemudian mampu bertindak dengan benar, berperilaku hidup yang sehat sehingga terhindar dari HIV, serta memberi dukungan kepada ODHIV," ungkapnya.
Husein menjelaskan bahwa selain mendorong upaya promotif dan preventif kesehatan masyarakat, YKIS juga mengupayakan dukungan dana kepada organisasi kemasyarakatan yang aktif dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, menggalang sumber daya dan dana untuk kebutuhan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, mendukung pemberdayaan dan peningkatan kapasitas organisasi kemasyarakatan, mendukung kegiatan penelitian dan publikasi, serta melakukan upaya advokasi untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Asep dari AIDS Healthcare Foundation (AHF) mengatakan bahwa sebagai lembaga internasional non-pemerintah yang bersifat non-sektarian, non-politik, dan nirlaba yang berpusat di Los Angeles, Amerika Serikat, AHF turut mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam menanggulangi HIV/AIDS, sehingga target Ending AIDS 2030 dapat tercapai. Pada Juli 2016, AHF memulai kerjasamanya dengan Kemenkes dan Kemensos, dengan berbagai program kerja, dengan ruang lingkup berupa mitigasi dampak penanganan HIV melalui rehabilitasi sosial bagi ODHIV, dan peningkatan akses layanan kesehatan ODHIV.
"Kita juga berusaha memberikan edukasi kepada masyarakat, serta advokasi agar stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV bisa dihilangkan. Selain itu kita juga melakukan edukasi secara offline dan online dengan melibatkan berbagai stakeholder dari kementerian sebagai narasumber, mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, layanan deteksi dini HIV, dukungan rawat jalan dan terapi, serta psikososial bagi ODHIV. Seluruh kegiatan ini tidak dilakukan langsung oleh AHF, namun oleh para mitra kesehatan kami," ujarnya.
Dr. Ray sendiri menyampaikan jika orang dengan HIV konsisten minum obat ARV secara teratur, lalu hasil VL tersupresi, plus tidak adanya diskriminasi, maka kualitas hidup ODHIV akan menjadi lebih baik, dan mereka dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasa. "Ada jargon U=U, dan ini sudah menjadi jargon global, bahwa HIV Undetectable = Untransmittable, yang artinya jika hasil VL atau virusnya sudah tak terdeteksi berarti tidak akan menularkan. Tetapi itu bukan berarti virusnya hilang, risikonya sangat rendah. Untuk itu langkah pencegahan tetap harus dilakukan, dan pengobatan harus jalan terus," pungkasnya. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H