Lalu Bapak mengambil Al Qur`an yang biasa dipakai Erma. Â Sebuah Al Qur`an yang setia menemani Erma ke manapun pergi. Warnanya merah yang sudah nampak pudar dan kertasnya sudah lusuh karena sering buka tutup untuk menghafal Al Qur`an.
Dua bulan sudah berlalu, kondisi Erma belum membaik. Â Penyakit yang dideritanya masih belum bisa disembuhkan, ternyata Erma terkena kelainan darah. Â Karena tidak ada biaya untuk berobat, akhirnya Erma hanya kontrol dua minggu seklai di rumah sakit yang dekat dengan rumahnya.Â
"Bapak, mendekatlah ke sini, Erma ingin melantunkan hafalan dan Bapak menyimaknya, "pinta Erma.
"Iya, Nak, kuatkan InsyaAllah kamu akan sembuh," kata Bapak.
Erma pun dengan lirih melantunkan ayat-ayat suci Al Qur`an yang keluar dari bibirnya yang tampak pucat dan mengering. Â Setelah selesai menghafal 1 surat, suara Erma makin melemah. Â Bapak pun terkesiap, dan memegangi urat nadi Erma.
"Innalillaahi wa inna ilaihi rooji`uun, " kata Bapak dengan pelan.
Senyum tampak menghiasi wajah Erma seolah ada bidadari cantik sudah menyambutnya. Â Seketika tercium bau aroma mewangi memenuhi ruangan kamar Erma.
Bapak hanya bisa berdoa semoga dapat dipertemukan Erma kembali saat di surga dengan mempersembahkan mahkota cantik untuk kedua orang tuanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H