Makan siang pun tiba, banyak siswa dan guru berbaur jadi satu di kantin sekolah. Penjaga kantin berpakaian layaknya seorang koki professional. Tidak lupa mereka juga menyunggingkan senyum disela-sela kesibukannya.
Para guru dan siswa berbaris rapi di garis antrian mereka. Tidak ada yang minta didahulukan walaupun di depannya hanya murid-murid mereka. Saling menghargai siapa yang datang lebih awal.
Disini kantin dikelola sepenuhnya oleh sekolah. Tidak ada penjual makanan di pinggir-pinggir jalan atau di pintu masuk sekolah seperti kebanyakan terlihat di sekolah-sekolah Indonesia. Kualitas makanan pun dijaga sesuai dengan standart kesehatan. Bahkan ada beberapa jenis minuman, tertutama yang mengandung soda, dilarang di kantin ini.
Kantin hanya buka pada saat jam istirahat, yakni jam makan siang. Tidak ada snack atau camilan dijual disini, hanya menu makanan yang disajikan. Hal ini sekaligus melatih agar siswa tidak terbiasa ngemil. Dari sinilah mereka diajari pola hidup sehat. Dari bahan makanan yang dikonsumsi dan waktu makan yang disediakan. Jika siswa ingin ngemil mereka harus membawa camilan sendiri dari rumah. Dan selama kami di Prancis hampir tidak menemukan anak duduk santai sambil ngemil.
Kebiasan ngemil ini juga tidak kami lihat pada guru dan karyawan di sekolah-sekolah. Selama jam kerja tidak akan ditemukan orang makan atau ngemil. Kecuali minum kopi pada saat jam istirahat. Tetapi, pada saat jam makan, terutama saat dirumah baru akan terasa jam makan orang Prancis sangat lama sekali. Dari makanan pembuka, makanan inti dan penutup. Jam makan ini akan lebih lama lagi terasa ketika sedang menjamu tamu.
Hal unik lain di sekolah ini adalah system control atasan pada bawahan. Jika di Indonesia keberadaan CCTV (Closed Circuit Television) menjadi suatu keunggulan suatu sekolah, dan menjadi instrumen  control untuk melihat aktifitas bawahan. di Lycees de Fecamp adalah sesuatu yang dilarang. Menurut Didier Pinel– The Head Master of Lycees de Fecamp, teacher is the king of the class. Kreasi dalam pembelajaran sepenuhnya hak guru dikelas, justru ketika dipantau melalui CCTV seolah mengurangi hak mereka dalam memanage kelas.
Kemudian kami mampir ke sebuah kelas untuk melihat cara mereka mengajar. Kami dibuat terpana dengan fasilitas yang ada di dalam kelas. Kebetulan pelajaran Fisika sedang berlangsung di kelas itu. Setiap siswa berhadapan dengan 1 unit komputer. Di masing-masing meja siswa terdapat seperangkat equipment tool for experiment, misalnya osiloscope. Hampir disemua kelas teori ini dilengkapi sarana pendukung untuk mengeksplorasi pembelajaran.
Jaringan internet disediakan gratis di kelas sebagai sarana mencari, tentunya dengan pola jaringan khusus yang diatur dengan proxy jaringan hanya untuk belajar. Kami membayangkan seandainya fasilitas seperti itu ada disetiap sekolah-sekolah di Indonesia.
Cara berpakaian siswa tidak ada aturan khusus, yang penting sopan dan rapi. Sebagaimana kami katakan diawal bahwa di Prancis tidak ada seragam disekolah. Kebanyakan mereka menggunakan pakaian sesuai dengan cuaca. Jika dalam keadaan dingin tentunya pakaian mereka tebal-tebal.
Cuaca disini jauh beda dengan di Indonesia yang banyak menggunakan AC diruangan untuk menstabilkan suhu: diluar panas dan didalam ruangan ber-AC terasa dingin. Disini berlaku sebaliknya, didalam ruangan kami merasakan kehangatan sedangkan diluar jauh lebih dingin karena suhu bisa mencapai 8° - 15°C.
Tidak heran jika banyak terlihat orang-orang berjemur walaupun tengah hari. Seperti ini biasa dilakukan oleh siswa-siswi yang sedang istirahat atau menunggu pelajaran selanjutnya.