SAMARINDA,- Jamaah Haji Indonesia berhasil melalui puncak ritual pelaksanaan ibadah Haji dengan sangat baik. Hal ini tentu saja imbas dari berbagai ikhtiar konstruktif dan inovasi responsive dalam bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI pada pelaksanaan Ibadah Haji 1445 H.
Pelaksanaan Ibadah Haji tahun ini sebagaimana dilansir dari beberapa media diwarnai dengan adanya cuaca dan suhu yang cukup ekstrim hingga mencapai 48 derajat celcius. Meski demikian semangat dalam beribadah para jamaah haji tidak pernah pudar. Para jamaah haji berhasil melalui setiap tahap ritual pelaksanaan haji dengan aman dan selamat.
Tentu keberhasilan pergerakan ibadah haji hingga tiba pada titik puncaknya ini tidak hadir begitu saja. Semuanya melalui tahapan manajerial yang tepat dengan inovasi pelayanan yang akomodatif dan responsive.
Prof. Dr. Zurqoni, M.Ag selaku Rektor UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda memberi tanggapan pada suksesi pelaksanaan Ibadah Haji 1445 H. Menurutnya tiap tahun Kementerian Agama RI yang dipimpin oleh Yaqut Cholil Qoumas berhasil menghadirkan inovasi baru dalam memberikan pelayanan pada jamaah haji Indonesia.
"Saya sendiri melihat tiga kunci suksesi pelaksanaan ibadah Haji 1445 H antaranya Komitmen Pelayanan Kementerian Agama yang direspon baik oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Kebijakan Murur bagi para Lansia dan disabilitas serta adanya aplikasi Kawal Haji," sebut Prof. Dr. Zurqoni, M.Ag.
Prof. Dr. Zurqoni menjelaskan adanya kebijakan murur pada proses haji di Muzdalifah merupakan tahapan yang sangat krusial. Hal itu bisa dilihat dari kondisi penuhnya jamaah di Muzdalifah saat seluruh jamaah haji dari penjuru dunia berbondong-bondong mabit, singgah dan bermalam di tempat ini. Kemudian dengan kondisi tersebut tentu pergerakan jamaah sangat terbatas.
"Bisa dibayangkan saat malam hari, jamaah belum bergeser dari Arafah ke Muzdalifah secara penuh kemudian jamaah yang sudah di Muzdalifah sudah diharusnya bergerak ke Mina. Nah untuk mengatasi pergerakan ini agar berjalan lancar Kemenag memberikan kebijakan yang patut untuk diapresiasi yakni kebijakan Murur yakni mengerahkan Sebagian jamaah langsung dengan dengan transportasi dari Arafah ke Mina bagi lansia dan disabilitas," terangnya.
Dari beberapa media diketahui 66 ribu jamaah haji lansia dan disabilitas mengikuti metode murur dan selebihnya tetap mengikuti ritual ibadah haji seperti mabit di Muzdalifah. Tentu saja hal ini berdampak pada mobilisasi jamaah yang berada di Muzdalifah yang menjadi lancar tanpa harus mereduksi aspek sakral dalam syariah ibadah haji itu sendiri.
Kemudian pelayanan prima Ibadah Haji 1445 H juga bisa dilihat dari pelayanan secara virtual melalui aplikasi 'Kawal Haji'. Melalui aplikasi ini  jamaah haji Indonesia bisa mengakses layanan haji secara tepat dan akurat.
"Melalui aplikasi Kawal Haji ini para jamaah haji Indonesia mendapatkan pelayanan berupa layanan transportasi, akomodasi, makanan, ibadah dan paling sering adalah saat meminta bantuan apabila ada jamaah yang hilang ataupun terpisah dari rombongan. Tentu ini semua sangat dibutuhkan oleh jamaah haji,"ujar Prof Zurqoni.
Kemudian yang perlu disadari Bersama bahwa ujung tombak pada prosesi ritual pelaksanaan ibadah haji ini ada pada petugas haji. Petugas haji banyak membantu jamaah yang tidak hanya berupa tentang akomodasi, trasnportasi dan bimbingan haji tapi untuk hal yang kecil pun petugas haji selalu dilibatkan untuk memberikan pelayanan primanya.
"Mungkin Sebagian dari kita sudah mafhum bahwa Sebagian jamaah haji Indonesia merupakan jamaah yang jarang atau bahkan tidak pernah perhi ke luar negeri sebelumnya. Sehingga keberadaan petugas haji sangat dibutuhkan untuk mempermudah menjalani tahapan prosesi Ibadah Haji. Komitmen melayani oleh petugas haji ini ditengah suhu 48 derajat dapat dilhat sebagai sebuah pengabdian yang patut diapresiasi,"jelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H