Banyak pihak meragukan kesiapan Indonesia hadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Alasannya, daya saing produk dalam negeri masih dianggap lemah. Pameran Produk Indonesia (PPI) yang digelar Kementerian Perindustrian Kamis 6-9 Agustus 2015 mencoba menjawab keraguan tersebut. Seperti apa konkretnya?
"Dalam pameran ini kita prioritakan produk industri yang memiliki kandungan lokal tinggi untuk dipamerkan," tegas Menperin Saleh Husin saat membuka PPI, Kamis (6/8/2015) di Grand City, Surabaya.
Pemberian prioritas tersebut, jelasnya, sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan Menperin serta mendorong para pengusaha agar menambah komponen lokal dalam produknya.
Karena itu, ia menegaskan komitmen dan totalitas pemerintah agar terus maju dan berkembang, terutama demi persiapan sambut era pasar bebas yang dikenal dengan MEA.
Pemerintah, tegasnya, tidak akan ragu mempromosikan kemampuan industri dalam negeri untuk menghasilkan produk berkualitas dan memiliki tingkat komponen dalam negeri yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan produk asing.
"Dengan memiliki daya saing produk, kita harap mampu membendung banjirnya produk impor. Itu juga berarti menambah kesejahteraan ekonomi masyakat," katanya.
Sementara itu, Jawa Timur Soekarwo mengatakan perkembangan Jawa Timur selama dua tahunan belakangan ini berhasil menurunkan ketergantungan bahan baku impor.
"Bahan baku impor kini mengalami penurunan sebesar 8 persen dari 83 persen menjadi 75 persen," sebutnya.
Dalam konteks nasional, tambahnya, industri di Jawa Timur memberi peran sebesar 20,6 persen dari Industri Nasional.
Siap Bersaing di MEA
Lantas sejauhmana kesiapan para peserta itu sendiri menghadapi ketatnya persaingan produk memasuki era pasar bebas MEA?
"Kami sudah siapkan tiga produk andalan yang siap bertarung di MEA, yaitu Durian Coffe, Green Tea, dan Kopi Hijau," tandas Angelia, pengelola stand Exotico Indonesia.
"Ternyata produk kami banyak memperoleh apresiasi. Salah satunya penghargaan Award Shal Innovation 2015 di Kanada, karena produknya dianggap kreatif dan inovatif," katanya.
Hal senada ditegaskan Abdul Latief, pengelola stand batik khas Pamekasan, Madura. Untuk menuju persaingan antarnegara Asean, ia mengaku tengah memperkuat karakter pewarnaan batik khas Madura yang menggunakan teknik celup.
"Sebagian besar pelanggan luar negeri yang datang ke tempat kami, tertarik soal karakter pewarnaanya," tuturnya.
Ia menambahkan sama sekali tidak khawatir bakal kalah saing dari produk luar negeri. Menurutnya, para penikmat batik umumnya tidak hanya melihat kualitas batik itu sendiri, tetapi juga darimana batik tersebut berasal.
"Ciri khas dan karakter lokal, itulah yang kami perkuat, di samping kami juga terus berimprovisasi agar kualitasnya semakin teruji di mata pelanggan," tambahnya.
Catatan Lain
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI