Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menangkap Peluang Emas di Muktamar NU

5 Agustus 2015   21:38 Diperbarui: 5 Agustus 2015   21:38 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya beralih pada pedagang lain. Lapak buku. Cukup ramai juga. Beberapa pengunjung tampak sibuk dengan keasyikan masing-masing. Ada yang khusyuk baca bolak-balik lembaran buku. Ada yang khidmat tawar-menawar harga. Bahkan ada juga asyik bertanya segala macam topik dengan penjaga stand. Memang jumlah penjaganya tak cuma satu, tapi empat orang.

Rata-rata pengunjung mencari tema-tema tentang sejarah walisongo, biografi tokoh NU berikut sejarahnya. Ada juga yang memburu tema Islam Nusantara yang sedang booming. Atau buku-buku tool ibadah amaliah nahdiyin.

"Yang paling laris ya tema itu," kata Kang Syam. Pemilik stand yang unik tersebut. Saya bilang unik karena sebagau Pemilik stand ia tak sekedar berjualan, tapi juga kerap terlibat obrolan dengan pembeli. Dengan kesabaran tinggi, pria berambut grondong tersebut bisa dibilang cukup betah meladeni tiap obrolan hingga ajakan diskusi.

Tak jarang sebelum membeli, calon pembeli bertanya panjang lebar tentang isi buku yang ingin dibeli. Biasanya manyun. Apalagi kalau tidak jadi beli.

"Bagaimana pun pembeli itu bukan hanya raja, tapi juga sahabat. Makanya jika ada yang nanya-nanya tetap saya ladenin," tuturnya.

[caption caption="pribadi"]

[/caption]

Saya juga sangat terkesan dengan toko yang berada di dalam kompleks makam. Saat itu, saya sedang diharu biru oleh berbagai model kopyah yang aneka ragam. Kesan yang muncul begitu masuk dan mulai otak-atik, saya merasakan kedamaian dan merdeka.

 Apa sebab? Penjaga toko yang sepertinya semuanya santri itu terlihat kalem. Tak menghampiri untuk menanyakan barang apa yang mau saya beli. Saya paling malas suasana macam itu. Saya puas dengan pelayanan mereka.

Wali Kesepuluh

Semenjak ada makam Gus Dur, geliat ekonomi masyarakat sekitar tumbuh. Banyak lapak berdiri. Hingga jasa parkir, toilet, dan aneka aksesoris khas Jombang. Itulah mengapa sosok Gus Dur kemudian diyakini sebagai waliullah kesepuluh. Termasuk oleh warga Tebuireng itu sendiri.

"Para wali itu kan tidak hadir dalam jangka waktu yang bersamaan. Nah, mungkin Gus Dur termasuk waliullah abad ini. Ini menurut saya pribadi saya saja lho mas," kata Nurul Yaqin, warga sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun