Mohon tunggu...
Tamam Malaka
Tamam Malaka Mohon Tunggu... social worker -

pejalan yang menyukai sunyi tetapi pun menyenangi keramaian alam pikir umat manusia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jenggot Ahmad Dhani

26 Juli 2015   00:42 Diperbarui: 26 Juli 2015   06:45 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bebas dan merdeka. Itulah di antara sensasi dan berkah panjangnya liburan pasca bulan puasa. Merdeka dari kerjaan dan bahagia ketimpuk Thr-an. Plus dapat bonus lupa mandi dan tak perlu ribet-ribet berbusana dinas, rapi nan necis.

Begitulah. Kadang begitu plong bisa lepas dari segala hal yang berbau rutinitas. Termasuk rutinitas bangun pagi dan harus mandi serta gosok gigi. Pergi kemana juga tak perlu pake minyak rambut. Tokh rambut masih tipis juga.

Suasana semacam ini benar-benar mengingatkan masa-masa kuliah. Hanya saja tentu ada titik perbedaannya. Jika masa kuliah tak ada seseorang di sebelah, kini di sebelah selalu ada seseorang.

"Kok rebus mie lagi mas? Wong aku mau masak. Lagian, sarapan mie terus itu kan berbahaya!" begitulah. Selalu ada sesuara yang menjegal saya meneruskan ritual bebas dan merdeka. Berisik, tapi kadang ada asyiknya sih. Tak sepi jualah suasana.

"Lho ini kan liburan? Saatnya bebas, merdeka dan berdaulat," sahut saya. Asal. Ia cemberut. Manyun, tepatnya.

"Huh, berarti tak perlu masak? Itu bagus. Bisa enjoy seharian," katanya. Tapi saya tahu ia bohong. Ia hobi masak. Dan selalu bertepuk tangan jika saya menghabiskan masakannya tanpa bersuara. Tambah lagi ada keringat yang bercucuran basahi baju. Makanya, tidak masak baginya semacam siksaan panjang.

Apalagi jika ketemu menu-menu baru. Maka selalu berisiklah ruang dapur. Ia khusyuk sekali melakukan ribuan eksperimentasi. Saya pernah menganjurkannya berbisnis saja, tapi ia tak mau. Soal hobi, bukan soal profesi. Begitu dia beralasan. Ia jauh lebih suka menu masakan dinikmati ketimbang dibeli.

Untuk pulang kampung saja, ia sudah siap bahan paling unik. Tentu ia sangat gembira jika di rumah, saudara-saudara perempuan saya sampai bisa nyelekop, "Wuih menu apa tuh?? Masak bareng yuk ah.."

Begitulah. Mungkin, memasak adalah caranya menemukan titik-titik kebahagian. Ya semacam saya hari itu. Bisa menikmati mie rebus buatan sendiri. Nikmatnya menggelegak hingga moment-moment jaman sakmono. Zamane tirakatan semasa kuliah mendekati terminal tanggalan.

"Eh mas. Apa sampean itu belum kangen mandi? Masak, mandi saja dua hari sekali sih? Apek mas baunya..."

"Aku hanya kangen kamu lho dik!" sahut saya. Lantas terkekeh. Wajahnya langsung semu merah. Mungkin kaget. Mungkin juga bercampur senang. Tiba-tiba ia merogoh balpoint di atas meja. Klotak. Kena jidat saya. Bujubuneng.

"Dibilangin serius, malah becanda. Nggak suka aku mas!" Katanya sembari ngeloyor pergi. Tapi balik lagi.

"Kalau nanti pulang kampung, baiknya cukur itu kumis sama jenggotnya mas!"

"Apaan to dik? Kok mendadak banyak aturan begitu? Mbok yo sesekali tak komentar soal kumis dan jenggot?"

"Pokoknya aku males aja melihatnya!"

"Lha mas kan sejak sebelum menikah emang suka tumbuh kumis sama jenggot kok. Sudah suratan takdir..."

"Memang. Tapi itu jika dibiarin tetap tumbuh, mas itu jadi mirip-mirip Ahmad Dhani!"

Mendengar alasannya itu, tawa saya pun meledak. Bukan sekali ini saja dia minta saya cukur kumis sama jenggot, tapi baru kali ini saya sadar apa alasan dia sebenarnyah. Dia memang sama sekali tak suka Ahmad Dhani, padahal saya termasuk penggemar fanatik.

Kalau istri saya cek file musik di handphone atau laptop, pasti ketemunya hanya lagu Ahmad Dhani. Sekitar 75%lah, selebihnya lagu-lagu lain. Selain lagu-lagunya itu, saya suka gaya sombongnya itu.

"Jadi aku mirip Ahmad Dhani dik?"

Mata istri saya melotot. <>

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun