Mohon tunggu...
Talitha Tsany
Talitha Tsany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sulap Sampah Plastik Jadi Uang, Masyarakat Sarua Raup Keuntungan

8 Februari 2022   11:44 Diperbarui: 8 Februari 2022   11:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarua, Tangerang Selatan (22/01/2022) - Setiap tahunnya Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang dimana berbanding lurus dengan timbulan sampah yang dihasilkan salah satunya adalah sampah domestik anorganik. Sampah anorganik merupakan sampah yang sulit diurai dan contoh umumnya berupa plastik, botol/kaleng minuman, kresek, dan ban bekas.

Penampakan sampah anorganik dapat kita lihat dimana saja yang menandakan kualitas lingkungan hidup yang tentu sedang terancam. Masalah sampah anorganik yang tidak segera diatasi dapat merusak lingkungan dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengurangan sampah anorganik dari sumbernya yaitu rumah-rumah masyarakat. Permasalahan tersebut juga tidak terkecuali terjadi pada Kelurahan Sarua.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswi Tim 1 KKN UNDIP memutuskan untuk memulai kegiatan sosialisasi pengolahan sampah anorganik menjadi produk ecobrick. Tujuan dilakukannya pengolahan sampah anorganik untuk mengubah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomi atau mengubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan.

Kegiatan ini dihadiri oleh warga kelurahan Sarua sejumlah 12 orang ibu rumah tangga RW 19. Pelaksanaan kegiatan dengan melakukan pemaparan materi yang ditampilkan pada proyektor, mendemonstrasikan tata cara pembuatan ecobrick, dan pemberian leaflet materi kepada peserta.

Ecobrick merupakan botol plastik bekas yang diisi oleh sampah anorganik sehingga menjadi padat dan keras. Pembuatan ecobrick merupakan pengolahan sampah yang murah dan tidak membutuhkan biaya, hanya membutuhkan botol bekas, gunting, tongkat, dan sampah anorganik kering. Cara pembuatan ecobrick dengan memasukkan sampah anorganik kedalam botol plastik bekas yang kering sampai penuh dengan menggunakan tongkat tanpa adanya rongga didalam botol.

Dokpri
Dokpri

Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan disambut antusias oleh peserta yang tidak hanya menyimak materi, tetapi bertanya aktif mengenai tata cara pengolahan dan ikut serta mencoba melakukan pembuatan ecobrick. Terdapat juga pemberian hadiah bagi peserta yang dapat menjawab kuis yang membuat para peserta berlomba-lomba menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

“Kegiatannya menarik dan baru. Semoga yang lain bisa tetap terus menjalankan kegiatan ini, jangan putus ditengah jalan,” kata bu Yani, salah satu ibu rumah tangga yang menghadiri kegiatan, saat dimintai keterangan tentang testimoni setelah mengikuti kegiatan sosialisasi di ruang serbaguna, Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (22/1/2022).

Bu Yani menceritakan, kegiatan yang diadakan mahasiswa UNDIP menarik perhatian dan penasaran warga lain sehingga warga pada berdatangan mengikuti kegiatan sosialisasi.

Ke depan bu Yani berharap, kegiatan ini dapat membangkitkan ekonomi masyarakat dari tekanan pandemi.

Pada minggu pertama setelah diberikan sosialisasi, warga sudah mulai memisahkan sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Kemudian pada minggu berikutnya, warga sudah mulai melakukan proses pembuatan ecobrick yang dilakukan dua kali dalam seminggu.

Masing-masing rumah warga sudah terdapat tempat penampungan ecobrick yang nanti akan diangkut dan dibuat menjadi sebuah produk seperti bangku. Pelaksanaan proses tersebut dilakukan pada hari minggu oleh warga RW 19.

“Pembuatannya mudah dan tidak mengeluarkan biaya, cukup sampah plastik. Untuk minggu pertama, warga mengalami kesulitan sehingga dilakukan pembuatan ecobrick secara bersama-sama setelahnya bisa dilakukan sendiri di rumah masing-masing,” Ujar ketua RT saat dimintai keterangan mengenai partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan.

Tiga minggu saat berlangsungnya kegiatan, timbunan sampah yang diangkut truk sampah sudah berkurang secara signifikan. Produk ecobrick yang berupa bangku berhasil terjual untuk UMKM yang berada pada wilayah tersebut dengan harga Rp. 18.000.

Warga yang sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah ini mulai mengajak warga lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

“Setelah dilakukan ternyata gampang, hanya masukin sampah kering ke dalam botol plastik. Ibu-ibu yang lain juga mulai ikut membuat setelah liat hasilnya ternyata gak ribet. Harapannya biar kegiatan ini terus berjalan dan bisa ketahap produksi besar untuk membantu perekonomian warga,” kata bu Haya saat dimintai keterlibatan dan harapan warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun