Pada minggu pertama setelah diberikan sosialisasi, warga sudah mulai memisahkan sampah menjadi sampah organik dan anorganik. Kemudian pada minggu berikutnya, warga sudah mulai melakukan proses pembuatan ecobrick yang dilakukan dua kali dalam seminggu.
Masing-masing rumah warga sudah terdapat tempat penampungan ecobrick yang nanti akan diangkut dan dibuat menjadi sebuah produk seperti bangku. Pelaksanaan proses tersebut dilakukan pada hari minggu oleh warga RW 19.
“Pembuatannya mudah dan tidak mengeluarkan biaya, cukup sampah plastik. Untuk minggu pertama, warga mengalami kesulitan sehingga dilakukan pembuatan ecobrick secara bersama-sama setelahnya bisa dilakukan sendiri di rumah masing-masing,” Ujar ketua RT saat dimintai keterangan mengenai partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan.
Tiga minggu saat berlangsungnya kegiatan, timbunan sampah yang diangkut truk sampah sudah berkurang secara signifikan. Produk ecobrick yang berupa bangku berhasil terjual untuk UMKM yang berada pada wilayah tersebut dengan harga Rp. 18.000.
Warga yang sudah melakukan kegiatan pengolahan sampah ini mulai mengajak warga lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Setelah dilakukan ternyata gampang, hanya masukin sampah kering ke dalam botol plastik. Ibu-ibu yang lain juga mulai ikut membuat setelah liat hasilnya ternyata gak ribet. Harapannya biar kegiatan ini terus berjalan dan bisa ketahap produksi besar untuk membantu perekonomian warga,” kata bu Haya saat dimintai keterlibatan dan harapan warga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI