Kemacetan lalu lintas bukan hanya menyebabkan keterlambatan dalam perjalanan, tetapi juga berdampak negatif pada kualitas udara dan kesehatan warga kota. Keterbatasan transportasi umum juga mempengaruhi aksesibilitas ke fasilitas dan layanan penting.Â
Warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi, terutama mereka dari lapisan ekonomi rendah, mungkin kesulitan untuk mengakses pekerjaan, pendidikan, perawatan kesehatan, dan pusat perbelanjaan. Hal ini dapat membatasi peluang sosial dan ekonomi mereka.Â
Selain itu, minimnya transportasi umum dapat menyebabkan beban finansial yang tinggi bagi warga. Mereka yang terpaksa mengandalkan taksi atau layanan transportasi berbayar lainnya mungkin harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk perjalanan sehari-hari. Ini dapat mempersempit anggaran keluarga dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Dampak psikologis juga perlu diperhatikan. Ketika warga terus menerus mengalami keterlambatan dan tekanan akibat kemacetan, hal ini dapat menyebabkan stres dan kelelahan. Kualitas hidup mereka dapat menurun akibat ketidaknyamanan dan tekanan yang berkelanjutan.Â
Selain itu, minimnya transportasi umum dapat mengurangi efisiensi waktu warga. Keterbatasan opsi transportasi dapat mengharuskan warga untuk merencanakan perjalanan mereka dengan sangat hati-hati, membuang waktu berharga dalam perjalanan yang panjang, dan mengurangi produktivitas mereka.Â
Terkait dengan aspek lingkungan, penggunaan kendaraan pribadi yang lebih tinggi akibat kurangnya transportasi umum berdampak negatif pada polusi udara dan kontribusi emisi gas rumah kaca. Ini berkontribusi pada masalah lingkungan yang semakin mendesak.Â
Dalam sebuah kota yang semakin padat seperti Surabaya, mobilitas yang lancar dan efisien sangat penting untuk menjaga kehidupan perkotaan yang berkelanjutan.Â
Dengan memahami dampak minimnya transportasi umum, kita dapat menyadari betapa pentingnya investasi dalam sistem transportasi umum yang lebih baik, serta menggencarkan upaya untuk mengatasi masalah mobilitas warga agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka serta kesejahteraan kota secara keseluruhan.
Untuk meningkatkan aksesibilitas, pengembangan intermodality perlu diperhatikan. Ini berarti memudahkan penumpang untuk berpindah antar moda transportasi, seperti kereta, bus, dan sepeda. Stasiun transfer yang baik dan jalur pejalan kaki yang aman dapat membantu mendorong orang untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.Â
Selain itu, upaya perubahan perilaku juga penting. Mengedukasi masyarakat tentang manfaat menggunakan transportasi umum, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi, dan mendorong berbagi perjalanan adalah cara untuk mengurangi tekanan pada jalan raya.
Terakhir, kesadaran akan masalah lingkungan dan perubahan iklim harus dipromosikan. Transportasi umum yang lebih ramah lingkungan, seperti bus listrik atau kereta bertenaga listrik, dapat menjadi pilihan yang lebih berkelanjutan.Â