Berikut adalah cerpen bertema "Di Balik Pengabdian" dengan inspirasi dari film Bila Esok Ibu Tiada yang dijadikan cerpen lebih mendalam
---
Di Balik Pengabdian
Pagi itu, mentari enggan menembus jendela rumah kecil di sudut desa. Awan mendung menggantung, seolah ikut merasakan beban hati Siti. Wanita itu duduk di ranjang bambu, mengelus kepala anak bungsunya yang masih terlelap. Wajah anak itu, Dinda, mengingatkannya pada masa-masa indah bersama suaminya sebelum ajal merenggut pria itu beberapa tahun lalu.
Siti menghela napas panjang. Hidup sebagai ibu tunggal dengan dua anak, Dinda dan kakaknya, Reza, bukanlah perkara mudah. Setiap pagi, ia bangun lebih awal dari ayam berkokok untuk memasak nasi bungkus yang dijualnya di pasar. Ia rela bekerja tanpa lelah demi memastikan anak-anaknya tidak kelaparan dan mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun, akhir-akhir ini tubuhnya sering terasa lemah. Batuk berkepanjangan yang mengganggu tidurnya beberapa bulan terakhir mulai membuatnya cemas. Ia tahu ada sesuatu yang salah, tetapi ia terlalu takut menghadapi kenyataan. Bagaimana nasib anak-anaknya jika ia benar-benar jatuh sakit?
Hari itu, seperti biasa, Siti menuju pasar dengan langkah gontai. Di tangannya, kantong plastik berisi nasi bungkus yang ia buat sepanjang malam. Hujan mulai turun, namun ia terus melangkah tanpa memperdulikan dingin yang merasuk ke tulang.
Setibanya di pasar, ia menggelar lapaknya di sudut sempit yang sering ia tempati. Beberapa pelanggan setia datang membeli, memberikan senyum hangat yang menjadi penyemangatnya.
"Siti, kamu terlihat pucat sekali. Sudah periksa ke dokter?" tanya Bu Rina, salah satu pelanggan yang sudah seperti temannya.
Siti hanya tersenyum kecil. "Ah, tidak apa-apa, Bu. Mungkin cuma kecapekan."
Namun, di balik senyumnya, ia menyembunyikan rasa sakit yang makin hari makin menusuk.