Hati ini mudah tersayat
    Berilah kami perlindungan tanpa syarat
    Dengan-Mu, aku bersandar melalui ayat
    Yang kulantunkan setiap saat
    Sejak saat itu, hidup kami berubah 180 derajat. Bahagiaku sempat pupus. Entah harus sampai kapan aku memayungi kesedihan ini. Dibayang-bayangi oleh wajah rapuh keluargaku. Melihat anak-anak lain bersahutan saling membanggakan orang tuanya, aku hanya bisa berkata bahwa aku sangat bangga mereka menjadi orang tuaku. Cukup itu.Â
    Namun akhirnya aku tersadar, tidak ada yang berubah jika hanya bersedih seorang diri. Aku sendirilah yang harus memutus rantai pilu yang tak berujung ini. Sesuai ucapan guruku, yakinlah bahwa Allah tidak akan memberikan sebuah cobaan diluar batas kemampuan makhluknya. Dengan itu, aku semakin kuat untuk berdiri karena aku yakin Allah selalu ada untuk kami.
    Kami pun bangkit dan mulai berbenah. Meluruskan kembali semua yang berkelok. Pelan-pelan aku tidak malu dengan keadaan keluargaku. Terlalu buang-buang waktu untuk memikirkannya. Hal ini bukanlah sebuah aurat yang harus ditutup-tutupi karena setiap orang memiliki jalannya masing-masing untuk melanjutkan kehidupannya di dunia yang fana' ini.Â
    Akhirnya ayahku beralih pekerjaan menjadi tukang ojek online sedangkan ibu mulai membuka usahanya untuk membantu perekonomian keluarga. Kami semua bahu-membahu untuk menambal setiap kerak yang berlubang. Dan aku meneguhkan hatiku bahwa aku yakin suatu saat nanti aku akan melanjutkan kisah perjalanan hidupku dengan cerita sukses dari seorang anak tukang ojek online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H