Mohon tunggu...
Talita Nabilah Chesta
Talita Nabilah Chesta Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

The universe speaks to those who listen ✨️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Tanpa Sorak

12 November 2024   08:13 Diperbarui: 12 November 2024   08:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lena melangkah keluar ruangan dengan rasa penat yang semakin membebani kepalanya. Ia memilih untuk berjalan-jalan di sekitar kampus, berusaha melarikan pikirannya sejenak dari segala tekanan yang ada. Hawa sore yang lembut menyapa wajahnya saat ia melangkah, menenangkan pikirannya.

Langkahnya membawanya ke halaman depan gedung fakultas lain. Lambang nama fakultas besar terpajang dengan gagah, berkilau di bawah sinar matahari senja. Di sekitarnya, mahasiswa-mahasiswa tampak sibuk, ada yang berfoto dengan latar belakang lambang fakultas, ada pula yang hanya berlalu tanpa tujuan jelas.

Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang mahasiswa yang sedang berusaha mengambil video area depan fakultas tersebut, tetapi sepertinya ia kesulitan mengatur posisi dan komposisi yang tepat. Tanpa berpikir panjang, Lena mendekat dan menawarkan bantuan.

"Maaf, coba kamu pakai angle dari sini," kata Lena sambil tersenyum ramah, memberi saran yang mungkin sepele.

Mahasiswa itu mengikuti arahannya, dan setelah beberapa kali mencoba, akhirnya ia berhasil mendapatkan angle yang sempurna. "Terima kasih, Kak. Ini sangat membantu!" ucapnya dengan semangat, sebelum bergegas pergi meninggalkan Lena yang kini kembali sendirian.

Lena tetap berdiri di sana, menatap nama fakultas yang terukir dengan jelas di hadapannya. Perlahan, tangannya terangkat ke langit, berusaha menggapai sesuatu yang tak bisa dijangkau, sesuatu yang pernah ia impikan, namun kini semakin terasa jauh dan tak pasti. Harapan yang dulu begitu membara, kini hanya menyisakan bayangan samar di ujung jemarinya, menggantung di sana, tak pernah benar-benar terjangkau.

Di tengah keheningan itu, Lena tersenyum kecil. Senyum yang bukan berasal dari kebahagiaan, melainkan dari keiklasan. Ia tahu bahwa hidupnya kini akan berbeda, dan walaupun itu bukan jalur yang ia pilih dengan sepenuh hati. Tapi, ia sudah siap untuk melanjutkan perjalanan ini, langkah demi langkah.

Ia menurunkan tangannya, menarik napas panjang, dan perlahan mulai berjalan lagi. Langkahnya menyatu dengan keramaian yang ada, seperti halnya hidupnya yang kini harus berlanjut. 

Di akhir itu, dirinya belajar bahwa harapan tak selalu harus tampak nyata. terkadang cukup dengan merasakan bahwa ia sudah berusaha sebaik mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun