Mohon tunggu...
Talita Hariyanto
Talita Hariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Manusia hina sebagai makhluk mulia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerpen "Batavia yang Tak Sesuai Rencana Lucretia" Karya Sasti Gotami: Refleksi Pahit tentang Superioritas Bangsa Barat

28 Juni 2024   01:38 Diperbarui: 28 Juni 2024   04:28 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Irasional

“Jika tidak, tentu mereka sudah habis dibabat wabah karena hanya mengobati sakitnya dengan dedaunan dan kembang setaman.”

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa Lucretia yang merupakan keturunan Belanda sangat merendahkan kemampuan orang Timur dalam hal mengatasi wabah. Barat menganggap bahwa Timur sangat irasional, sebab hanya mengandalkan tumbuh-tumbuhan dan bukan obat modern untuk penanganan wabah yang serius. Inilah yang menyebabkan Belanda merasa memiliki wewenang untuk mengatur dan menguasi Timur, sebab bekal mereka dirasa cukup efektif untuk menangani wabah tuberkulosis secara cepat dan akurat. Belanda menganggap bahwa Timur tidak bisa mengatur dirinya sendiri, sehingga membutuhkan penopang untuk membebaskannya dari jurang kebodohan. Timur yang irasional membutuhkan Barat yang rasional. Di bawah penguasaan Barat, Timur akan direkonstruksi, disusun, diukir, dan dilahirkan kembali. 

4. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Primitif

“Di Batavia, tentu saja tak ada gedung teater seperti Stadsschouwburg.”

Berdasarkan kutipan di atas, diketahui bahwa Lucretia yang merupakan keturunan Belanda sedang membandingkan infrastruktur yang ada di Amsterdam, tempat ia dahulu tinggal, dengan realitas-realitas yang ada di Batavia. Penekanan yang dibuatnya, yaitu ‘tentu saja tidak ada gedung teater’ telah mencederai bangsa Timur. Barat melabeli Timur sebagai bangsa yang primitif karena infrastruktur yang terdapat di Nusantara masih belum selengkap dan secanggih yang terdapat di negara asalnya. 

5. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Buruk Rupa

“Lucretia bisa melihat semburat merah di pipi Catia yang cokelat matang dan itu tak membuatnya lebih cantik. Mirip tomat busuk saja.”

“Bagaimana mungkin perempuan sekelas budak hitam legam, bahkan lebih hina dari pribumi, mampu mencuri miliknya.”

Berdasarkan kedua kutipan di atas, diketahui bahwa Lucretia yang merupakan keturunan kulit putih mendiskreditkan manusia berkulit gelap. Penyebutan warna secara spesifik, seperti pada frasa ‘cokelat matang’ dan ‘hitam legam’ merujuk pada ras malayan-mongoloid yang memang sama sekali berbeda dengan ras kaukasoid. Ras malayan-mongoloid dikenal dengan warna kulit kekuning-kuningan hingga sawo matang, sedangkan ras kaukasoid dikenal dengan warna kulit putih. Catia sebagai keturunan Bengala digambarkan sangat berbeda dengan Lucretia yang memiliki kulit cerah. Perbedaan warna kulit di antara kedua tokoh tersebut mampu menimbulkan cara pandang tersendiri bagi Barat terhadap Timur. Bagi bangsa Barat, orang Timur yang berkulit gelap dan sering dituduh sebagai primitif itu memiliki kekurangan intelektual, ras rusak, bahkan dijuluki kanibal (Malcolm dalam Synnott, 2003). 

6. Cara Pandang Barat terhadap Timur: Budak dan Kaum Rendahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun