Mohon tunggu...
Talita Hariyanto
Talita Hariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Manusia hina sebagai makhluk mulia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksplorasi Sanoesi Pane melalui Drama "Manusia Baru": Beringsut dari Keterkungkungan Masa Lalu

28 Juni 2024   00:35 Diperbarui: 28 Juni 2024   00:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naskah drama Manusia Baru karya Sanoesi Pane mengambil latar di Madras, yaitu salah satu wilayah di India. Latar waktu yang digambarkan dalam naskah ini adalah sekitar tahun 70-an, di mana pada masa itu, rakyat India mulai disadarkan dengan konsep modernisasi yang akan melepaskan mereka dari kungkungan kebiasaan primitif.

Dalam naskah drama ini, suasana yang mendominasi adalah sedih, gelisah, mencekam, bergejolak, dan kesengsaraan, meskipun ada beberapa bagian yang digambarkan dengan suasana sukacita. Dominasi latar suasana yang demikian kemudian dianggap tidak mengherankan lagi, karena tema dari naskah drama ini adalah perampasan hak buruh dan emansipasi wanita.

Tokoh-tokoh yang hadir dalam naskah drama Manusia Baru cukup kompleks. Pertentangan si protagonis, yakni Syrendranath Das serta Aiyer, dan si antagonis, yakni Wadia serta Sastri menjadi tonggak lahirnya naskah drama ini. Tokoh protagonis menginginkan nasib buruh membaik, utamanya dalam hal pemberian upah yang layak dan penentuan jam kerja yang manusiawi. Namun ide ini ditolak oleh tokoh antagonis, yaitu pemilik pabrik, dengan keputusan mereka untuk tidak menaikkan gaji dengan dalih perusahaan akan bangkrut.

Usut punya usut, ternyata pemilik pabrik yang bernama Narayanswani Wadia memang seorang yang problematik. Sejak semula ia berlaku diktator, bahkan ketika anak perempuannya masih berusia empat tahun, ia telah menjodohkan anak tersebut dengan Sastri. Ia terjebak dalam kungkungan adat lama, yaitu perspektif bahwa anak gadis harus ditunangkan sejak kecil karena demikianlah kodrati wanita pada masa lampau.

Di tengah kemelut pertentangan antara kaum borjuis dan kaum proletar itulah, muncul dua orang yang bernama Syrendranath Das dan Aiyer yang berusaha menengahi, membantu, dan mempertahankan tuntutan kaum buruh dengan tekad yang kuat. Mereka gigih dalam memperjuangkan kesejahteraan bagi orang yang tertindas. Menurutnya, orang-orang di Madras harus segera menanggalkan manusia lama mereka, dan segera memperbarui diri agar menjadi manusia baru.

Kehadiran Das nyatanya bukan hanya menjadi simbol kemenangan bagi para buruh, melainkan simbol kemerdekaan pula bagi Saraswati yang merupakan anak pemilik modal. Sejak kecil ia dikekang oleh orang tuanya, tetapi setelah bertemu dengan Das dan memahami pemikiran lelaki tersebut, Saraswati menunjukkan keberanian untuk melakukan pemberontakan demi menjadi manusia baru yang seutuhnya. 

Naskah drama Manusia Baru membawa pengetahuan yang tidak sedikit bagi para pembacanya. Naskah ini memuat banyak isu, mulai dari aspek ekonomi, kelas sosial, hak asasi, hingga ketuhanan. Aspek ekonomi tercermin dalam kesenjangan ekonomi yang jelas terlihat dari si miskin dan si kaya. Keserakahan para pemilik modal dalam meraup untung yang sebesar-besarnya membuat kaum proletar (para buruh) menanggung beban lebih berat dari yang seharusnya tanpa upah yang layak. Dengan adanya perbedaan kelas sosial antara para pemilik pabrik tenun dengan buruh, menunjukkan adanya pemerasan, ketidakadilan, dan kecurangan yang semuanya dimaksudkan untuk memperkaya sang pemilik modal. Sedangkan dalam aspek ketuhanan, konsep manusia baru yang diagung-agungkan oleh Das terkait dengan kemerdekaan manusia dalam mencapai kebahagiaan secara lahir dan batin.

Sanoesi Pane menggambarkan kondisi masyarakat India di zaman itu yang cenderung terpaku oleh aturan agama dan adat, sehingga mereka terkesan kolot dan lamban dalam menghadapi modernisasi zaman. Bahkan lukisan-lukisan Rama Rao dituding masih dipengaruhi kebiasaan-kebiasaan lama oleh Das. Hal ini termaktub pada halaman 27. 

Perempuan India sudah banyak lebih merdeka daripada dahulu, malahan ada yang merdeka sekali. Akan tetapi mereka itu banyak yang juga sebenarnya masih terikat kepada zaman yang lampau. Jiwa yang pecah, shrimati, karena itu tidak sanggup mengecap bahagia sempurna. Melayang-layang antara langit dan bumi. (Ia berdiri dan memandang gambar di papan). Dewi Shri timbul dari lautan! Rama, engkau masih terikat oleh zaman yang silam. Tidak heran gambar itu layu, beku, kabur, mati, tidak berjiwa. Engkau masih mencoba melupakan kenyataan zaman sekarang dan tidak ada orang yang sanggup keluar dari zamannya sendiri. Engkau sia-sia berjuang dengan hati sendiri. Hati yang bergerak dengan gelombang abad kedua puluh. - Das -

Secara ringkas, konsep manusia baru yang digagas Das banyak menyinggung tentang adat dan agama, yaitu bagaimana seharusnya manusia hidup secara seimbang dengan semangat dan gairah hidup yang baru, yang tidak hanya mengutamakan agama maupun adat di masa lalu, namun juga tetap menjalani dan melanjutkan kehidupan secara merdeka. Manusia harus hidup sesuai dengan zaman yang dijalani, tidak hanya memikirkan kebahagiaan secara surgawi namun juga duniawi, sehingga manusia akan lebih hidup dengan jiwa dan rasa yang seimbang selayaknya manusia baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun