Mohon tunggu...
Talita Hariyanto
Talita Hariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Manusia hina sebagai makhluk mulia

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Drama "Sidang Susila", Sindiran Pedas Ayu Utami dan Agus Noor terhadap Ambiguitas RUU Pornografi

27 Juni 2024   22:21 Diperbarui: 2 Juli 2024   13:58 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pementasan Lakon "Sidang Susila" oleh Teater Gandrik. (Sumber gambar: antarafoto.com)

Sebagaimana peran sastra dalam setiap sendi kehidupan manusia, ‘Sidang Susila’ lagi-lagi sebagai salah satu sarana untuk mengkritik politisasi moral dan jajaran pemerintah beserta kebijakannya yang dirasa konyol.

Setelah saya baca berulang kali, akhirnya saya memahami bahwa barang dagangan yang dijual Susila, yaitu balon, turut menjadi hal yang dipermasalahkan oleh polisi moral. 

Polisi moral menganggap bahwa balon itu meyerupai bentuk payudara wanita, padahal bagi anak-anak yang merupakan target pembeli dagangan Susila, balon hanyalah salah satu jenis mainan. Oleh karena tuntutan tersebut, Susila harus mendekam di penjara.

Percakapan antara Jaksa dan Susila yang terdapat dalam halaman 25, sebagai berikut: 

JAKSA: Sodara Pesakitan, benarkah barang-barang ini milik saudara?!

SUSILA: Dalem, Bu Jaksa… Iya… Itu dagangan saya…

JAKSA: Jadi jelas, Pesakitan ini telah mengakui berdagang barang-barang porno ini!

SUSILA: Lho, itu mainan kok, Bu Jaksa… Mainan anak-anak…

JAKSA: Mainan anak-anak hanyalah kamuflase untuk menutupi unsur-unsur pornografi dalam barang-barang ini.

SUSILA: Apanya yang porno? Masak mainan gitu dibilang porno…. (Berdiri dan mendekati dagangannya) Coba, mana yang porno? Mana? Apa mata Bu Jaksa picek, gini dibilang porno? (Mengambil dua balon) Apa yang kayak ini porno, Bu Jaksa?

JAKSA: Itu barang cabul, Sodara Pesakitan! Coba Sodara taruh di dada Saudara… (Dengan bingung dan tak ngerti, Susila menempelkan dua balon itu ke dadanya – hingga mirip payudara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun