Mohon tunggu...
Talita Hariyanto
Talita Hariyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Manusia hina sebagai makhluk mulia

Selanjutnya

Tutup

Book

Kumpulan Cerpen Sihir Perempuan: Perpaduan Tema Horor, Mitos, hingga Feminisme

27 Juni 2024   19:59 Diperbarui: 27 Juni 2024   20:07 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku Kumpulan Cerita Pendek "Sihir Perempuan" https://gpu.id/book/90547/sihir-perempuan

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Demikianlah pepatah yang merepresentasikan sang tokoh utama. Ia menghalalkan segala cara, termasuk rela menyakiti diri sendiri supaya sepatu tersebut muat di kakinya dengan cara memotong ibu jari dan tumitnya. Tentu saja kejadian licik ini segera diungkap oleh si gagak yang tiba-tiba menginterupsi perjalanan mereka menuju rumah Gusti Pangeran.

Singkat cerita, Gusti Pangeran berhasil menemukan Larat yang sengaja disembunyikan di loteng; isak tangisnya sengaja dikeraskan hingga terdengar sampai keluar. Namun, apakah dengan ditemukannya ia oleh Gusti Pangeran menjanjikan kehidupan Larat bahagia selamanya? Tidak selalu.

Selepas pernikahan dengan Gusti Pangeran, saudara dan ibu tirinya masih terus menghantui Larat. Mereka hidup miskin dan serba kekurangan, maka mereka mencari pertolongan di istana Gusti Pangeran. Larat dengan segala kesabarannya berusaha mengusir mereka secara halus, namun kakak beradik itu tak kunjung meninggalkan halaman istana juga. Tiba-tiba datanglah burung terkutuk. Burung yang sama seperti yang mereka jumpai di kereta kebesaran Gusti Pangeran. Burung itu mematuki mata mereka dengan ganas hingga buta, sedang Larat hanya menatap sambil melahap anggur sebesar biji mata.

Begitulah kisah mereka mendapatkan kebutaan di kedua mata. Keserakahan yang tak pernah redup, kedengkian yang tak berujung, dan pembalasan dendam menggebu-gebu telah mengantar mereka ke jurang malapetaka. Dan untuk Larat, kebahagiaannya tak bersifat abadi. Ia meninggal saat melahirkan putrinya yang ke-6 akibat pendarahan. Kondisi Larat saat itu tidak cantik lagi, pahanya ditimbuni lemak dan perutnya lembek seperti tahu. Ia sudah tidak dipuja-puja lagi.

Tak bisa dimungkiri, cerpen bertajuk Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari nyatanya akrab dengan kehidupan para gadis masa kini. Mereka berlomba-lomba membuat pria terkesan dengan mengupayakan tampil beda, bahkan tak jarang mereka mencari pembuktian dan pengakuan dengan cara merendahkan wanita lain. Si Buta dan adiknya menjadi salah satu pelaku tren ini, jauh sebelum tren tersebut dinamai pick me girl. Selain itu, pengalaman para tokoh juga terasa dekat dengan kita, karena meski fiksi, cerpen tersebut mampu menyelipkan hal-hal rasional yang sering dialami oleh perempuan, misalnya kecantikan yang memudar seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Larat dikisahkan menua, menggemuk, dan tak secantik dulu. Hal ini memang bisa dialami siapa saja, terlepas dari segala status sosial yang melekat. 

2. Mobil Jenazah

Cerpen bertajuk Mobil Jenazah menceritakan sudut pandang seorang ibu bernama Karin yang berkarier sebagai dokter. Hidupnya senantiasa diliputi kebahagiaan. Ia memiliki anak-anak yang cerdas dan manis serta suami yang suportif dan kariernya baik. Seperti tipikal ibu-ibu pada umumnya, Karin kerap kali menyombongkan kehidupan rumah tangganya yang sempurna. Akhir-akhir ini, fenomena tersebut dinamakan flexing.

Ia menyebut fakultas mentereng, general manager, dan universitas ternama dengan bangga dan penuh percaya diri, seolah ingin membuat sahabat karibnya, Riana, terkesan akan kehebatan dirinya dalam mendampingi anak dan suami agar semakin melesat dalam bidangnya masing-masing. Karin adalah perempuan yang penuh ambisi.

Di sepanjang badan cerpen, Karin menceritakan perjuangannya sebagai seorang ibu dan mahasiswa kedokteran, mulai dari mengantar Tasha ke SD Katolik berdisiplin tinggi, kuliah, hingga mendaftarkan Ferry les piano agar sang anak akrab dengan notasi komposisi musik klasik sehingga bisa berpikir lebih cepat. Ia terstruktur, visioner, dan menguasai pola asuh terbaik yang cocok dengan karakter anak-anaknya.

Di tengah lamunannya, Karin dikejutkan dengan kedatangan sebuah mobil putih dengan tulisan hijau pada sisinya. Mobil jenazah. Kepalanya memutar ulang kejadian teror mobil jenazah yang pernah ditontonnya dalam sebuah tayangan misteri di televisi. Tapi nyatanya teror itu nyata, terjadi dua kali berturut-turut, dan yang terakhir sungguh-sungguh merenggut nyawa Karin.

Karin sebagai sosok perempuan yang penuh strategi tidak menginginkan adanya kecacatan dalam hidupnya. Bahkan ketika mengobrol dengan Riana, ia berujar dalam hati, “Aku menikmati pandangan iri orang lain terhadap berbagai aspek hidupku.” Tapi apakah Karin benar-benar meraih apa yang ia cita-citakan? Apakah ambisinya menjelma menjadi kenyataan? Tidak selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun