Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Hati-hati Saat Berbagi Foto Korban Kejahatan Sadis di Sosmed

7 September 2017   19:53 Diperbarui: 13 Mei 2018   13:54 6479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek lainnya yang mengerikan adalah "hilangnya empati kita pada korban kemanusiaan tersebut".

Bagaimana bisa?

Karena sudah merasa itu seperti hal yang sudah biasa. Anda akan menjadi biasa saja. Tak akan ada rasa marah, ataupun keluar kutukan kepada pelaku kejahatan tersebut.

Bayangkan saja jika seorang satpam suatu saat menerima ancaman bom, misalnya. Reaksi pertama yang sering terjadi adalah satpam tersebut akan lapor pada kepolisian, mencari tahu bagaimana bisa menyelamatkan lingkungan yang dijaganya. Namun bagaimana jika ancaman bom setiap hari ia terima dan ia dengar? 

Ia akan terbiasa. Ia menjadi tidak gugup ataupun panik. Semuanya menjadi biasa saja. Ketika kita terbiasa melihat itu, terbiasa dengan kekerasan, rasa empati dan kepekaan terhadap korban menjadi terkikis. Ini yang menurut saya lebih mengkhawatirkan, karena ketika kita merasa terbiasa, itu memperbesar kemungkinan kita untuk melakukan hal (kekerasan) yang sama.

Ini sama halnya dengan kasus bullying antara remaja, misalnya. Ketika video atau foto-foto bullying menjadi viral, dan orang-orang terus menerus terpapar tentang itu di linimasa mereka, bullying akan dianggap sebagai hal biasa. Ketika seseorang sudah mati rasa terhadap gambaran-gambaran kekerasan, itu menurut saya berbahaya, karena respons emosinya sudah tidak tepat lagi.

Dalam bayangan kita, apakah tidak ada anak SD, SMP, SMA di dalam sosial media? Sepertinya ini retorika yang tidak perlu jawaban lagi. Mereka ada di dalam sosial media. Dan bagaimana jika ada anak kita sendiri bermain sosial media dan tiba-tiba mengeluh kepada kita sebagai orang tuanya. 

"Ayah, Ibu, kepala adik pusing. di Facebook lihat orang disiksa, dibunuh...kejam...pusing kepala adik".... itu anak kecil , dan tak menutup kemungkinan juga dengan orang dewasa. Khususnya wanita. Kepekaan mereka sangat tinggi. Resiko kejiwaan yang terjadi dengan paparan gambar sadis membuat mereka bisa menjadi depresi, stress dan pilu berkepanjangan. Runyam kita dibuatnya.

Harus ada orang dekat yang bisa diajak berbicara dan diskusi membahas kejahatan tersebut, minimal agar rasa ngilu dalam hati bisa hilang.

Pada akhirnya, ketika Anda melihat foto atau tayangan kekerasan, para pakar menyarankan untuk segera menghapus dan tidak menyebarkannya.

Membagikan foto-foto sadis bukanlah jalan untuk menghilangkan ketakutan Anda atau cara untuk mengajak orang meningkatkan kewaspadaan. Justru kita malah bukan saja membuat masalah baru bagi kejiwaan kita sendiri, namun juga orang lain yang membaca dan melihat postingan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun