Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenalan Yuk dengan Raja Fitness Indonesia

1 Agustus 2015   22:26 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:28 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir di Langkat Medan, 10 Juli 1973.

Orang tua saya seorang petani. Saat lulus SD, sempat sekolah saya terhenti. Karena orang tua tidak ada dana.

Disitulah muncul impian saya, "semoga ada orang kaya dari kota yang mau membiayai sekolah SMP saya". Hati rasanya teriris jika di jalan saya melihat kawan sebaya berseragam SMP berangkat dan pulang dari sekolah. Sedih rasanya.

Hingga suatu waktu, orang tua.ingin mengkhitankan saya. Timbul ide agar saya bisa sekolah lagi. Saya menolak disunat. Orang tua sempat bingung karena tukang sunat juga sudah siap. Sedangkan saya terus menghindar dan lari. Akhirnya orang tua menanyakan apa keinginan saya agar hajat sunat bisa dilaksanakan. Saya bilang, mau disunat asalkan uang saweran sunat boleh dipakai saya khusus untuk sekolah SMP. Alhamdulillah, diperbolehkan keinginan saya itu.

Saya pun diterima sekolah di sebuah yayasan di Langkat. 

Lulus SMP, saya memutuskan untuk sekolah di Kota Medan. Di sana, saya berusaha membiayai semua biaya sekolah. Saya ikut dengan saudara yang tukang becak.

Masih SMA sudah miliki toko kelontong 

Semua pekerjaan saya lakoni. Buruh pabrik tahu beberapa bulan dan pernah juga menjadi tukang kebun di sebuah rumah pekerja instalatir listrik di Medan. Saya akhirnya berjualan jeruk dan mengelilingi Kota Medan. 

Ada sebuah gang yang hampir tiap hari saya lewati. Namanya Gang Kambing Marelan. Di gang Kambing itu, ada toko kelontong yang sering membuat saya berhenti didepannya.

Impian itu tiba-tiba muncul. Saya ingin punya toko kelontong ! Kenapa tidak ? Sejak dulu, saya selalu mengikuti.persangkaan baik saya pada Allah. Kalau kita merasa bisa dan semangat, pasti Tuhan akan berikan jalan. Entah bagaimana caranya. Saya harus bisa punya toko kelontong.

Dari jualan jeruk keliling, saya bisa menabung. Lumayan cukup hasil jualannya. Di tahun 90'an, saya bisa kantungi uang 15.000 per hari dari jualan jeruk. Dari laba sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya hanya 4 bulan berjalan, saya saat itu masih duduk di kelas 2 SMA sudah memiliki 1 toko kelontong. Toko menjual makanan dan minuman ringan. Dan di kelas 3 SMA, saya memiliki 4 cabang toko kelontong. Juga mobil Espass dan sebuah pick up siap menemani usaha saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun