Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenalan Yuk dengan Raja Fitness Indonesia

1 Agustus 2015   22:26 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:28 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti pembaca Kompasiana mengira, sosok yang akan saya tuturkan sebagai "Raja Fitness Indonesia" ini adalah Ade Rai. Maaf, bukan Ade.

Nama beliau adalah H. Mardi Soemitro. Kawan akrab penulis yang sering saya bertemu dan akrab dengan beliau di langgar tempat kami shalat berjamaah.

Perawakan tubuhnya juga tidak tinggi besar seperti umumnya atlet fitness atau binaraga. Walaupun kecil lincah, bukan itu yang menjadikan beliau dijuluki sebagai "Raja Fitness Indonesia" yang sosoknya pernah diliput Koran Republika.dan Majalah "Money & I". Semangat baja dan hidupnya impian-impian Pak Mitro inilah yang memberi inspirasi banyak orang, sahabat dan koleganya. Termasuk saya sebagai sahabat beliau.

Pagi ini saya bersilaturahmi di kantor "Master Academy" lantai 2, tempat Pak Mitro beraktivitas mengatur kelola "Master Group", "Adam Gym" dan "Hawa Gym" bersama team militannya. Team militan adalah nama yang diberikan untuk menyebut karyawan di perusahaan ini. Mirip dengan TMMIN Sunter yang menyebut karyawan dengan "member".

Jadi Master Gym memang diperuntukkan untuk fitness mania, Adam Gym untuk kaum bapak yang ingin badan fit dan bugar. Sedangkan Hawa Gym dikhususkan untuk fitness ibu-ibu muda yang gemar berolahraga. (Benaran itu khusus kaum hawa, karena di depan pintu masuk fitness, tertulis larangan masuk selain perempuan).

 

Kisah Pahit Masa Kecil Tumbuhkan Impian Besar

Berikut kami paparkan dialog kecil saya bersama Raja Fitness Indonesia ini :

Sewaktu kecil, apa cita-cita impian Pak Mitro ?

Perlu saya jelaskan bahwa Visi Misi perusahaan kami adalah membangun peradaban dengan menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi banyak orang. Ketika peradaban dibangun dalam sebuah perusahaan, akan timbul sinergi "adab" dan manfaat kebaikan buat masa sekarang dan mendatang.

Itu semua tanpa saya sadari adalah pola kehidupan yang dibangun dari kita semasih kecil.

Lahir di Langkat Medan, 10 Juli 1973.

Orang tua saya seorang petani. Saat lulus SD, sempat sekolah saya terhenti. Karena orang tua tidak ada dana.

Disitulah muncul impian saya, "semoga ada orang kaya dari kota yang mau membiayai sekolah SMP saya". Hati rasanya teriris jika di jalan saya melihat kawan sebaya berseragam SMP berangkat dan pulang dari sekolah. Sedih rasanya.

Hingga suatu waktu, orang tua.ingin mengkhitankan saya. Timbul ide agar saya bisa sekolah lagi. Saya menolak disunat. Orang tua sempat bingung karena tukang sunat juga sudah siap. Sedangkan saya terus menghindar dan lari. Akhirnya orang tua menanyakan apa keinginan saya agar hajat sunat bisa dilaksanakan. Saya bilang, mau disunat asalkan uang saweran sunat boleh dipakai saya khusus untuk sekolah SMP. Alhamdulillah, diperbolehkan keinginan saya itu.

Saya pun diterima sekolah di sebuah yayasan di Langkat. 

Lulus SMP, saya memutuskan untuk sekolah di Kota Medan. Di sana, saya berusaha membiayai semua biaya sekolah. Saya ikut dengan saudara yang tukang becak.

Masih SMA sudah miliki toko kelontong 

Semua pekerjaan saya lakoni. Buruh pabrik tahu beberapa bulan dan pernah juga menjadi tukang kebun di sebuah rumah pekerja instalatir listrik di Medan. Saya akhirnya berjualan jeruk dan mengelilingi Kota Medan. 

Ada sebuah gang yang hampir tiap hari saya lewati. Namanya Gang Kambing Marelan. Di gang Kambing itu, ada toko kelontong yang sering membuat saya berhenti didepannya.

Impian itu tiba-tiba muncul. Saya ingin punya toko kelontong ! Kenapa tidak ? Sejak dulu, saya selalu mengikuti.persangkaan baik saya pada Allah. Kalau kita merasa bisa dan semangat, pasti Tuhan akan berikan jalan. Entah bagaimana caranya. Saya harus bisa punya toko kelontong.

Dari jualan jeruk keliling, saya bisa menabung. Lumayan cukup hasil jualannya. Di tahun 90'an, saya bisa kantungi uang 15.000 per hari dari jualan jeruk. Dari laba sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya hanya 4 bulan berjalan, saya saat itu masih duduk di kelas 2 SMA sudah memiliki 1 toko kelontong. Toko menjual makanan dan minuman ringan. Dan di kelas 3 SMA, saya memiliki 4 cabang toko kelontong. Juga mobil Espass dan sebuah pick up siap menemani usaha saya.

Sebuah kebanggaan buat saya saat duduk di SMA.

Hikmah Krismon '98 Hancurkan Usaha

Namun semua berakhir di tahun 1998, saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Keadaan ekonomi mencekik pedagang kecil termasuk saya. Akhirnya toko saya gulung tikar. Saya pun sempat dikejar-kejar hutang.

Dan keputusan saya akhirnya hijrah ke kota Jakarta setelahnya. Saya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan alat-alat olahraga.

Tak terduga, kesempatan hidup memberikannya peluang di Kota Denpasar Bali. 1 Agustus 2001, awalnya saat masih memiliki anak 1, Pak Mitro menjalankan bisnis alat-alat olahraga fitness modern secara door to door.

Empat tahun usaha keliling ini dijalankan dengan tabah. Bahkan Allah sering menolong. Pernah ada seorang ibu, meminta Pak Mitro menjualkan alat olahraganya dengan harga yang harus diberikan pada ibu tersebut sebesar Rp.1,5.juta. "Terserah, mau dijual berapa saja. Yang penting kasih ke saya.1,5 juta.", kata ibu itu. Alat olahraga tersebut diservis dan dijual keliling seluruh Denpasar hingga Nusa Dua. Akhirnya barang bisa laku mencapai 2,9 juta lebih. Ini rezeki.lumayan buat menyambung usaha dan hidup Pak Mitro.

Karena berpikir bahwa usaha keliling selain memakan waktu dan biaya yang besar, saya mencoba dengan modal awal 7 juta untuk menyewa sebuah ruko di Jalan Sidakarya Denpasar. Pak Mitro meminta keringanan pada pemilik toko agar diperbolehkan mencicil ruko seharga sewa Rp.14 juta. Berkat kegigihan Pak Mitro, akhirnya pemilik ruko mau memberi keringanan padanya.

Semua berjalan dengan semangat pantang menyerah dan doa yang terus dipanjatkan. 

Terus bermunculan ilham dan ide-ide pengembangan usaha bak laksana air bah. 

Saat dzikir di dalam masjid, terbesit ide membuat fitness khusus wanita. Maka nama "Hawa Gym" menjadi pilihan baik. Menyiratkan kaum hawa saja yang boleh masuk dan berolahraga di tempat ini.

Tanpa terasa, muncul ide pengembangan usaha di tahun 2015 ini ingin mencapai 100 cabang fitness dan toko penjualan. Mengepakkan sayap selebar-lebarnya, itulah impian besar Pak Mitro.

"Walau keadaan susah perekenomian kita, jangan pernah menggantungkan impian. Terus bersemangat, bekerja dan berdoa. Karena Tuhan akan terus menolong hambaNya yang bekerja di jalanNya.".

Kini sudah ada 44 Cabang fitness dan toko penjualan alat olahraga yang tersebar di Bali dan Nusa Tenggara. 7 Cabang ada di Lombok dan Sumbawa, 37 Cabang ada di Bali dengan 300 orang team militan yang siap melayani masyarakat.

 

Semangat tak boleh pudar. Di tahun 2025, Pak Mitro bersama team militannya ingin melebarkan hingga 1000 cabang baik di Indonesia dan juga Asia.

Inilah kehidupan sahabat saya, enterpreneur yang sukses dan tetap rendah hati. 

Jadi tidaklah keliru, beliau adalah Raja Fitness Indonesia.

Salam Kompasiana

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun