Griya unik ini ada di Jalan Desa Mas Kecamatan Sukawati yang menuju ke arah Ubud. Lokasinya yang berada di pinggir jalan raya Desa Mas, penghubung antara Kota Denpasar menuju Kota Gianyar. Penulis yang sudah hampir tiap hari melewati jalan raya ini tidak pernah menyadari adanya bangunan griya unik ini karena memang benar-benar luput dari perhatian. Sebenarnya bangunan griya ini berfungsi sebagai gallery yang memajang hasil kreatifitas dari barang-barang bekas berbahan keras seperti seng, besi dan aluminium. Benda-benda bekas seperti drum, kaleng minuman, kaleng cat dan lainnya diolah dan dibentuk menjadi barang baru yang bernilai seni dan harga jual yang lumayan tinggi.
Sekilas dari luar saja, kita sudah sangat tertarik ingin memasuki griya asri dan unik ini. Dengan luas tanah 800 m2 dan luas bangunan 300 m2, banyak orang berdecak kagum. Sekilas orang akan mengira seperti bungalow atau vila. Penataan taman , komposisi pelataran dipadu dengan rumah utama dan rumah teras menjadikan griya ini semakin mempesona. Indah dan sedap, perpaduan antara etnis dan modern.
Pintu gerbang terbuat dari pintu kontainer baja yang masih asli , masih ada tulisan dari Bea Cukai yang memberi stempel izin pengiriman kontainer. Dan memasuki taman utama, kita akan disambut dengan pahatan batu letter "LOVE" , juga ucapan Selamat Datang dari sang pemilik rumah, Ibu Lenny dan Bapak Tjandra.
[caption id="attachment_319582" align="aligncenter" width="500" caption="koleksi pribadi"]
Rumah utamanya ada 2 lantai. Disinilah keunikan yang membuat orang banyak terkesima. Di lantai 1, tempat biasanya tuan rumah menjamu para tamu. Kontainer bekas hampir seluas 200 m2, disulap menjadi dinding rumah dan masih asli dengan stempel pengiriman kontainer yang bercat merah. Di atas kontainer, lantai 2 diletakkan rumah adat panggung yang mengingatkan saya pada rumah adat Souraja dari Sumbawa. Beratap ijuk kering dan berlantai kayu jati. Benar-benar alami.
[caption id="attachment_319583" align="aligncenter" width="500" caption="koleksi gambar pribadi"]
Griya ini memang memajang barang-barang bekas di lantai pertamanya. Tapi begitu kita naik dan masuk ke lantai 2, maka akan kita lihat perbedaan mencolok. Di lantai 2, pemilik meletakkan barang-barang tradisional khas Sumbawa , seperti alu untuk menumbuk beras, tombak perang untuk berburu babi dan perang melawan musuh. Juga ada kursi meja jati yang diukir khas Sumbawa. Ranjang unik khas daerah Nusa Tenggara Barat juga ada. Sumbawa banget, kata orang.
[caption id="attachment_319584" align="aligncenter" width="500" caption="Suasana interior lantai rumah panggung (dok.pri)"]
Di teras, tak ketinggalan, bangku untuk bersantai juga dipajang yang terbuat dari drum bekas minyak berukuran besar dan dicat kuning. Cantik.
Di taman kita juga bisa bersantai dengan kursi taman yang dikelilingi mainan anak-anak hasil kerajinan seng bekas. Kata sang pemilik, semua kerajinan ini dibuat di Tabanan dengan merekrut banyak pegawai dari warga sekitar dan diajari cara membuat kerajinan bekas dari seng dan besi.
Di ruang hall besar yang bertembok ex-kontainer itu, kita akan menemui macam-macam hiasan dinding. Hewan laut seperti udang raksasa, ikan paus, hiu, kuda laut sampai gurita dipajang di tembok ruangan utama ini. Semuanya juga terbuat dari seng.
[caption id="attachment_319587" align="aligncenter" width="500" caption="Lantai Bawah (Hiasan dipajang di tembok bekas Container) --dok.pri"]
Decak kagum memang tidak salah dialamatkan kepada ide brilyan dan gagasan pemilik yang berani memadukan konsep tradisional Sumbawa dan barang-barang bekas (modern). Daur ulang dengan teknologi tepat dan bermanfaat menjadikan griya ini patut dijadikan referensi perpaduan rumah berkonsep modern dan tradisional. Dan menjadikan pengunjung merasa nyaman dan betah adalah tujuan utama pembuat rumah ini. Benar-benar unik dan cantik, sesuai kecantikan pulau Bali yang dilukiskan pemilik di pinggir jalan dengan memajang peta Pulau Bali bertuliskan "OUR HOME". So beatiful !
Denpasar, 01 Februari 2014
Catatan :
Mohon maaf atas kekeliruan karena  informasi dari Office Boy Yang Menunggu Griya Unik menyebut itu rumah adat Sumbawa, tapi dari Arsiteknya langsung yang mendesain dan membangun griya ( Bapak Mim Hidayat) yang juga teman penulis di Denpasar menyebutkan bahwa itu adalah rumah Adat Palembang.
( Mohon maaf atas kekeliruan informasi ini )
Ttd. Agung Soni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H