Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Kaprah Bunda Beli "Piala Piagam" di Sosmed

8 Maret 2015   21:21 Diperbarui: 16 Oktober 2015   16:12 280173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berusaha menuliskan keprihatinan saya atas fenomena yang marak terjadi belakangan ini di media sosial. Ketika orang tua, terutama para ibu-ibu muda yang mengikutsertakan foto bayi anaknya dalam sebuah kontes foto di media sosial. Namun seperti yang sudah saya tuliskan di sini, alih-alih ingin menampilkan bakat fotogenik buah hati, malah sebaliknya yang didapat adalah membeli "piala piagam" murahan dan resiko bayi anak menjadi target sasaran sindikat penculik bayi anak yang membidik lewat media sosial.

Memprihatinkan sekali fenomena ini.

[caption id="attachment_401529" align="aligncenter" width="305" caption="instagram kontes bayi "tipuan" (screen shoot)"][/caption]

Ada banyak lomba/kontes sejenis di beberapa media sosial yang saya catat. Dan semuanya benar-benar tidak jelas. Baik siapa panitianya, apa visi misi kontes lomba foto diadakan, siapa dewan jurinya, dimana alamat panitia, dan terpenting adalah kemana arah para juara kontes disalurkan bakat dan minatnya karena lomba di sosmed ini modusnya adalah semua pemenangnya diwajibkan membayar sejumlah uang tertentu kepada panitia.

Di Instagram ada babysmart_contest, babykids_contest yang prasyaratnya peserta harus membayar uang pada panitia berkisar Rp.100 ribu hingga Rp.250 ribu. Di Facebook ada kontes management artis babykids yang mensyaratkan pemenang harus membayar kisaran Rp.99 ribu. Dan ajaibnya, peserta semuanya menang ! jadi kalau pesertanya 50 dalam satu even (dalam 1 bulan bisa 4 sampai 6 kali even lomba diadakan) maka sekali even bila biaya pendaftaran 100 ribu maka panitia bisa meraup sekitar 5 juta rupiah.Dalam satu bulan bisa 20 juta rupiah ( ini angka minimal yang kami catat, karena dari postingan di medsos hampir ratusan orang tua mengikuti lomba ini).

Sungguh disayangkan, ketika orang tua terutama para bunda yang keblinger mengikuti lomba ini.

Ada yang salah dan keliru dalam pemahaman dan pemikiran para bunda.

Tentu Bunda bisa memahami, kalau bunda mengirimkan foto anak kepada sebuah kontes dan bunda harus membayar dengan imbalan piala piagam, maka sebenarnya bunda sedang membeli piala piagam itu untuk kebanggaan semu.

Disinilah letak kekeliruannya.

Sebenarnya label "juara" itu adalah label yang membanggakan bila saja bunda mengikutkan pada lomba yang benar-benar jelas keberadaan lombanya dan melalui banyak proses perjuangan lomba yang memeras daya juang anak dan orang tua.

Baik panitia, dewan juri, alamat panitia, visi misi lomba dan bukan asal ikut lomba asal-asalan yang tidak jelas seperti itu dan ditambahi embel-embel "harus bayar", kalau tidak bayar kena sanksi "black list". ( Memangnya panitia lomba ini siapa? Kepolisian? Aparat? Bank? kok memaksa bunda untuk mengirimkan uang kepada panitia).

Bukan "piala piagam" yang sebenarnya menjadi titik tujuan orang tua dalam mengikutsertakan anaknya dalam sebuah lomba.

Mari saya jelaskan dengan gamblang dan contoh.

Saya pernah menuliskan profil seorang anak sarat prestasi dengan 400 piala dan piagam penghargaan di rumahnya. Namanya M.Ridho Firdaus. Artikelnya disini. Tahukah apa maksud orangtuanya mengikutkan anaknya dalam setiap lomba melukis sejak Firdaus berusia 4 tahun? Karena menurut ayah dan ibunya, mereka ingin agar bakat anaknya kelak dimasa depan bisa mengangkat derajat perekonomian keluarga mereka. Itulah sasaran "tembak" akhir buat anak. Mungkin banyak yang merasa anak kok dijadikan sapi perah ..? bukan  bukan itu makna dari ini.

Lebih kepada agar kreatifitas Firdaus tetap hidup dan terus berkembang hingga kelak Firdaus menjadi orang tua yang mandiri dan bisa hidup dari kreatifitasnya. Itulah makna tujuan orang tua Firdaus. Dan bukan label "juara" apalagi "piala piagam" yang jumlahnya ratusan memenuhi kamar Firdaus sebagai sasaran akhir orangtua Firdaus.

Ya, bakat kreatifitas dan daya juang inilah yang harusnya dihidupkan para bunda untuk buah hati tercinta kelak di masa depan bisa lebih berguna.

Kalau hanya sekedar foto bayi anak yang lucu menggemaskan , bolehlah diikutkan dalam lomba. Mungkin dengan tujuan label "populer" didapat. Tapi sebelum mengikuti lomba lihat dulu "detail" lomba agar tidak sekedar membeli piala piagam di sosmed.

Sekali lagi, marilah kita tumbuh kembangkan anak dalam area kompetisi sehat dengan memacu kreatifitas mereka dalam sebuah arena kontes. Untuk menumbuhkan kecintaan mereka pada bidang yang mereka sedang ikuti kompetisinya. Memicu kreatifitas, minat dan daya juang anak, itulah yang seharusnya diperjuangkan untuk buah hati tercinta. Bukan Piala atau Piagam !

Salam Kompasiana.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun