Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memilih Presiden Jangan Asal Pilih, untuk Indonesia Lebih Baik

19 Juni 2014   18:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:07 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sedikit pendukung yang akan memilih baik Jokowi atau Prabowo pada pemilu 9 Juli nanti yang menggunakan dasar cost-benefit analysis di atas dalam memilih. Pendukung Jokowi memilih Jokowi karena percaya bahwa dunia bisnis lebih bergairah ketika Jokowi yang menjadi presiden, dan itu akan sangat bagus bagi kontinuitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara pendukung Prabowo memilih Prabowo karena mereka yakin dengan nasionalisasi, kebocoran kekayaan sumber daya alam dapat lebih rendah dan pendapatan negara akan semakin tinggi.

Inilah asas biaya manfaat yang didasari dari seorang filsuf  Inggris, Jeremy Bentham (1748-1832) dengan pokok pemikirannya yang disebut utilitarianisme. Doktrin ini pada intinya mengatakan bahwa: “The highest principle of morality is to maximize happiness, the overall balance of pleasure over pain. And the right thing to do is whatever will maximize utility.”

Apa yang dimaksud oleh kegunaan (utility) adalah apa saja yang dapat menciptakan kesenangan dan kebahagiaan atau apa saja yang dapat mencegah rasa sakit dan penderitaan.

Tentu saja nilai Utilitarianisme ini terkadang memunculkan kesalahan yang tidak bisa dipungkiri. Karena pastinya nilai kegunaan yang dipakai oleh pemilih presiden sering mengkaburkan dua hal. Yakni Mengkaburkan "nilai adil dan objektif" juga nilai " kualitatif" kedua calon presiden.

Artinya kebanyakan catatan dan review dari kedua capres sering dikaitkan dengan nilai moneter dan peristiwa ekonomi makro saja yang dampaknya akan dirasakan langsung oleh warga pemilih dan negeri ini. Contohnya nanti kalau Jokowi terpilih , investasi asing akan subur dan sebaliknya bila Prabowo terpilih, investor asing akan lari. Ini terungkap dalam artikel berbahasa Inggris The Jakarta Post pada 12 Juni 2014 yang berjudul “Investors will leave if Prabowo wins: Deutsche Bank.” Artikel tersebut mengulas laporan survei Deutsche Bank terhadap 70 investor asing di Indonesia tentang apa yang akan mereka lakukan apabila salah satu kandidat, Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla, menang dalam pemilu presiden mendatang. Hasilnya 74 persen investor akan tetap berinvestasi sementara hanya 6 persen investor yang akan meninggalkan Indonesia apabila Jokowi-Jusuf Kalla yang terpilih. Di lain sisi, apabila Prabowo-Hatta yang terpilih, 56 persen investor akan meninggalkan Indonesia dan hanya 13 persen yang bertahan.

Dengan tentunya tidak menafikan hasil review tersebut, sebenarnya yang mau penulis ungkap adalah bahwasanya sebagai warga yang berdaulat dan bermartabat tentunya kita harus bisa menggabungkan dua nilai analisa yang ada dan berkembang di masyarakat.

Nilai yang dipakai asas cost-benefit dan digabungkan dengan pemahaman visi misi serta kerangka pemahaman kedua capres kita kepada masa depan Indonesia lebih baik akan membantu warga Indonesia menemukan pilihan yang pas. Bukan hanya sekedar membebek (asal ikut-ikutan) dengan teman, dengan orang tua, dengan pasangan, dengan ketua parpol atau siapapun.

Dasarnya, adalah warga Indonesia harus bisa membaca kedua capres yang bertarung dalam Pilpres. Baik analisa figur kepemimpinan, kesederhanaan, kepiawaian, cost-benefit juga faktor yang paling penting adalah bukan siapa yang pantas memimpin (baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto) negeri ini, tapi warga Indonesia harus bisa menancapkan pilihannya pada figur yang bisa membawa Indonesia kepada arah kemakmuran dan kemajuan di masa depan.

Jadi siapa pun pilihan Anda, itulah Masa Depan Indonesia.

Caaooo..........

Salam Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun