Mohon tunggu...
Hardiyanto Takula
Hardiyanto Takula Mohon Tunggu... -

Hardiyanto Takula Mimpiku menjadi seorang penulis terkenal, tidak akan kuhentikan begutu saja, keinginan ini terus tumbuh meski kemarau berkepanjangan. Bagiki, menulis adalah bukti cinta seseorang pada kehidupannya, karena apapun yang ada disekitarnya diapresiasikan dalam coretan-coretan tintah hitam diatas kertas. Mohon dukungan dari semua kompasioner, bagaimana aku lebih mampu lagi menjaga, memegang, dan mewudkan mimpi yang tertunda, untuk menjadi penulis terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pantaskah Kita Disebut Anak?

6 Februari 2011   10:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pantaskah kita disebut anak, jika kita seperti malinkundang, berdiri lebih tinggi dari orang tua kita? Pantaskah kita disebut anak, bila kemurkaan ornag tua juga kemurkaan Allah?

Sahabat, bila masih punya orang tua, segeralah memohon ampun kepada keduanya yang telah kita sakit, segeralah merubah cara bersikap kita pada mereka, yang dulu kasar kini menjadi lebih lebih lembut, kasihanilah keduanya seperti mereka mengasihani kita.

Memang benar, anak yang baik mencerminkan prilaku orang tua yang baik begitu pun sebaliknya. Tetapi kita tidak bisa menjadikan statement ini sebagai dasar lalu kita berbuat sesuka hati. Anak menjadi bodoh dan jahiliah berarti kegagalan orang tua mendidik anak, kalimat itu tidak sepenuhnya menjadi dasar bahwa kita akan berbuat sesuka hati.

Bila orang tua gagal mendidik kita, kitalah yang menciptakan kesuksesan. Bukankah Allah menganugerahi kita akal, digunakan untuk berpikir, membedakan mana yang baik dan mana yang benar? Orang tua tidak mengajarkan bagaimana tatakrama, kita sendiri yang belajar, karena kita juga punya akal. Bila orang tua kita miskin dan hina, maka anaklah yang mampu mengangkatnya. Karena kita tidak pernah menyadari, meski orang tua tidak memberikan wejangan tatakrama, tetapi setidaknya mereka mendoakan kita, berharap agar kita menjadi lebih baik dari mereka.

Sahabat, mungkin bicara soal anak dan orang tua, tidak akan pernah habis. Tetapi, mari kita berpikir sendiri, apakah kita sudah melakukan hal yang terbaik untuk mereka, meski kita kita tidak menerima hal yang baik dari mereka? Sudahkah kita menjadi kebanggan mereka dan mampu mengangkat harga diri mereka? Renungkanlah wahai sahabat, bila kita salah mintalah maaf pada keduanya, bila mereka telah tiada panjatkan doa setiap saat untuk mereka, kerena doa anak kepada mereka secara perlahan akan menghapus sedikit demi sedikit dosa yang pernah kita buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun