“Aaawwww…” spontan itu yang keluar dari mulutku. Sebuah cubitan mendarat di lengan atas tangan kiriku. Reflek, kuusap usap lenganku karena kesakitan.
“mau lagi? Heh…”, tantang irma sambil kedua tangannya mencoba menyerang bertubi tubi dengan cubitan cubitan mautnya. Aku hanya bisa menghidar semampunya, berlagak seorang karateka menahan serangan lawan, tangkis kanan kiri sekenanya.
“iya..iya,eh enggak enggak..”, ucapku sambil tetap bertahan dari serangan bertubi tubi cubitan mautnya irma. Makin hebat saja serangannya rupanya.
“Mimpi apa aku kemarin, bisa lihat senyuman lebar irma, maniiiis sekali pula” batinku girang. Seumur umur baru kali ini aku lihat senyuman lebar irma. Senyum dengan bibir sensasional, tidak tipis tidak tebal, warna alami merah muda, saat ditarik ke belakang maka trlihat susunan gigi putihnya, rapi, menambah jelas inner beautynya memancar.
“ini hari keberuntunganku tampaknya”, batinku lagi.
Si tio dan nano yang sedari tadi asik beres beres sambil cerita berdua, terpecah konsentrasinya oleh ulah canda kami berdua. Dan akirnya…
“ihiiir…ehheemmmmm…”, goda mereka berdua kompak. Aku dan irma kemudian tenang kembali tak bertingkah, hanya saling pandang, dan saling memberikan senyuman tipis. Napas kami putus putus kelelahan. Irma merona kedua pipinya menahan malu, aku Cuma bisa garuk garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal, grogi.. Dan akhirnya sebuah cubitan mendarat keras di pinggangku (tapi mesra, hihi.). Dan…
“aaawww..aww..aaaww….”, rontaku pelan hampir tak bersuara, hanya gerakan bibir saja. Karena malumalu ada tio dan nano. Sebuah senyuman khas kembali diberikan irma, kali ini ekspresinya gemas, dengan menggigit bibir bawahnya dengan gigi seri atasnya.
“mau lagi..?” ucap irma setengah berbisik, dan didekatkannya mulutnya ke telingaku,.
“Ooowwwwhhh, beruntungnya aku malam ini, rasanya ingin terbang saja (bahasa iklan banget)”, batinku kembali girang.
***