Mohon tunggu...
amien istiarto
amien istiarto Mohon Tunggu... -

aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Primitive Love (Satu)

20 Desember 2011   01:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:01 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

dibungkus mas?"

"ndak pak, sini aja"

"oo..nggihh, silahkan duduk dulu mas,", jawab pak tua penjual wedang ronde mempersilahkan, dengan logat jawa tulen tentunya.

Sejak tadi, Winda tampak memandangi si motoris itu, deg..deg..deg.., entah kenapa detak jantung nya semakin cepat saja. Winda berusaha menguasai dirinya dengan kembali menikmati semangkuk ronde dihadapannya. Si pengendara duduk di samping Winda sambil mencoba meletakkan tas punggungnya yang tampaknya terasa sangat berat. Dilepasnya ikatan helm di dagunya, dilepasnya helm full facenya tapi slayer masih tergantung di dagunya.

"Monggo mas, silahkan dinikmati wedang rondenya" bapak penjual mempersilahkan.

"Nuwun pak" balas Toni.

deg deg deg..., detak jantung Winda semakin kencang saja. Semakin gelisah pula.

"Aku seperti kenal suara ini" batin Winda.

Dengan sedikit takut-takut, pelan pelan Winda mencoba menengok ke arah laki-laki itu.

"ehhgggghhh..." suara yang keluar dari mulut lelaki itu, mencoba membersihkan tenggorokannya yang terasa gatal oleh riak.

Dipalingkannya wajah Winda ke arah mangkuk rondenya kembali. Seperti orang ketakutan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun