dibungkus mas?"
"ndak pak, sini aja"
"oo..nggihh, silahkan duduk dulu mas,", jawab pak tua penjual wedang ronde mempersilahkan, dengan logat jawa tulen tentunya.
Sejak tadi, Winda tampak memandangi si motoris itu, deg..deg..deg.., entah kenapa detak jantung nya semakin cepat saja. Winda berusaha menguasai dirinya dengan kembali menikmati semangkuk ronde dihadapannya. Si pengendara duduk di samping Winda sambil mencoba meletakkan tas punggungnya yang tampaknya terasa sangat berat. Dilepasnya ikatan helm di dagunya, dilepasnya helm full facenya tapi slayer masih tergantung di dagunya.
"Monggo mas, silahkan dinikmati wedang rondenya" bapak penjual mempersilahkan.
"Nuwun pak" balas Toni.
deg deg deg..., detak jantung Winda semakin kencang saja. Semakin gelisah pula.
"Aku seperti kenal suara ini" batin Winda.
Dengan sedikit takut-takut, pelan pelan Winda mencoba menengok ke arah laki-laki itu.
"ehhgggghhh..." suara yang keluar dari mulut lelaki itu, mencoba membersihkan tenggorokannya yang terasa gatal oleh riak.
Dipalingkannya wajah Winda ke arah mangkuk rondenya kembali. Seperti orang ketakutan saja.