Mohon tunggu...
Takhiqul Jannah
Takhiqul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - @takhiquljnnh

📍Pendidikan Agama Islam, Universitas Nahdlotul Ulama'

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sudahkah Santri Menerapkan Kejujuran Saat Imtihan?

3 April 2022   13:04 Diperbarui: 3 April 2022   13:18 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam pondok pesantren santriwan maupun santriwati diajarkan berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pendidikan formal. Santriwan maupun santriwati juga diajarkan untuk berakhlakul karimah yang baik terhadap sesama. 

Di dalam pondok pesantren selalu mengutamakan akhlakul karimah dalam segi apapun termasuk dalam memberikan nilai di raport dan tidak dengan melihat nilai dari hasil jawaban soal imtihan para santri bahkan kelulusan santriwan maupun santriwati itu dilihat dari akhlak individu para santri bukan dari nilai raportnya.

Akan tetapi, kenyataannya santriwan maupun santriwati itu banyak yang tidak menerapkan kejujuran saat mengerjakan soal imtihan. Padahal, di dalam pondok pesantren itu selalu mengajarkan akhlak terpuji termasuk dengan sifat jujur di dalam segala hal. Menurut salah satu guru dari pondok pesantren sebagian guru ada yang lebih melihat akhlak dari individu para santri dalam memberikan nilai ketimbang melihat hasil dari jawaban soal yang dikerjakan para santri karena itu tidak menjadi patokan dalam memberikan nilai. 

Semisal nilai dari hasil mengerjakan soal imtihan santri A yang mempunyai akhlak yang baik itu dibawah standar KKM maka akan ditambahi guru mapel tersebut sehingga nilainya menjadi bagus dan lulus standar KKM sebaliknya guru akan mengurangi nilai santri yang mempunyai akhlak kurang baik bahkan menjadikan nilainya dibawah standar KKM. Ada juga guru yang memberikan nilai di raport itu patokannya dari hasil jawaban soal imtihan para santri.
   

Menurut salah satu santri dari pondok pesantren banyak hal yang menjadi penyebab para santri yang menyontek saat imtihan diantaranya yaitu kurangnya rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dan terlalu khawatir takut mendapat nilai jelek jika tidak menyontek. 

Ada juga yang tidak bisa menjawab soal karena sebelumnya tidak belajar bahkan ada yang tertidur ketika mengerjakan soal sehingga dia bertanya pada teman atau sharing jawaban, jika soal tidak dijawab maka tidak mendapat nilai jika dijawab walaupun salah akan mendapat nilai walaupun hanya sedikit. 

Ada juga yang menyontek itu karena melihat temannya menyontek, jadi dia ikut meniru menyontek karena takut kalah saing dengan temannya yang menyontek, pikirnya yang menyontek akan mempunyai nilai yang bagus dari dia sehingga diapun ikut menyontek.
   

Terkadang juga ada guru pengawas yang tidak menegur santri saat melihat ada santri yang menyontek atau bertanya jawaban pada teman yang penting kondisi ruangan dalam keadan tenang tidak gaduh. Ada juga yang menyontek itu takut mendapat nilai jelek karena ditekan orang tuanya untuk mendapat nilai bagus sehingga dia tidak percaya diri dengan kemampuannya ketika mengerjakan soal imtihan. Hal tersebut bisa menjadi penyebab dari kenapa santri tidak menerapkan sikap jujur dalam mengerjakan soal imtihan.
   

Mereka juga menghiraukan dosa yang akan di dapat ketika tidak menerapkan sifat jujur dalam mengerjakan soal imtihan. Menyontek dianggap hal biasa ketika mengerjakan imtihan dan seperti hal yang lumrah. Padahal mereka tahu bahwa menyontek itu perbuatan tercela serta termasuk suatu kebohongan. 

Kebohongan merupakan induk dari berbagai macam perkara buruk yang dapat merugikan diri sendiri. Jika dia membiasakan menyontek ketika mengerjakan imtihan itu sama saja seperti menanamkan sifat buruk pada diri mereka dan akan menimbulkan rasa ketagihan untuk mengulangi perbuatan tersebut.
   

Salah satu dalil Al-Qur'an mengenai wajibnya jujur dalam islam diantaranya adalah di dalam surat Al-Maidah ayat 8:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (bersaksi atau jujur tentang kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," (QS. Al-Maidah [5]: 8)
   

Oleh karena itu, rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri adalah hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh para santriwan maupun santriwati. Akhlakul karimah juga harus selalu ikut serta untuk selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik ketika masih menjadi santri ataupun sudah boyong atau lulus dari pondok dan menjadi ciri khas dari diri santriwan maupun santriwati itu sendiri. 

Pengasuh pondok selalu mengingatkan kepada para santriwan maupun santriwati untuk selalu menjaga almamater pondok pesantren. Santri itu seperti kain putih yang jika terkena kotoran sedikit walupun hanya satu titik pasti akan terlihat jelas dan terlihat jelek itu adalah dawuh dari salah satu pengasuh pondok pesantren.

Kurangnya rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki para santri ketika mengerjakan soal imtihan menjadi faktor utama penyebab para santri tidak menerapkan sifat jujur ketika mengerjakan soal imtihan dan kurangnya kesadaran para santri dalam menerapkan sifat jujur dalam diri mereka ketika mengerjakan soal imtihan serta belum menerapkan kejujuran di dalam kehidupan sehari-hari mereka juga menghiraukan dosa yang akan didapat ketika tidak berperilaku jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun