Di dalam pondok pesantren santriwan maupun santriwati diajarkan berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pendidikan formal. Santriwan maupun santriwati juga diajarkan untuk berakhlakul karimah yang baik terhadap sesama.
Di dalam pondok pesantren selalu mengutamakan akhlakul karimah dalam segi apapun termasuk dalam memberikan nilai di raport dan tidak dengan melihat nilai dari hasil jawaban soal imtihan para santri bahkan kelulusan santriwan maupun santriwati itu dilihat dari akhlak individu para santri bukan dari nilai raportnya.
Akan tetapi, kenyataannya santriwan maupun santriwati itu banyak yang tidak menerapkan kejujuran saat mengerjakan soal imtihan. Padahal, di dalam pondok pesantren itu selalu mengajarkan akhlak terpuji termasuk dengan sifat jujur di dalam segala hal. Menurut salah satu guru dari pondok pesantren sebagian guru ada yang lebih melihat akhlak dari individu para santri dalam memberikan nilai ketimbang melihat hasil dari jawaban soal yang dikerjakan para santri karena itu tidak menjadi patokan dalam memberikan nilai.
Semisal nilai dari hasil mengerjakan soal imtihan santri A yang mempunyai akhlak yang baik itu dibawah standar KKM maka akan ditambahi guru mapel tersebut sehingga nilainya menjadi bagus dan lulus standar KKM sebaliknya guru akan mengurangi nilai santri yang mempunyai akhlak kurang baik bahkan menjadikan nilainya dibawah standar KKM. Ada juga guru yang memberikan nilai di raport itu patokannya dari hasil jawaban soal imtihan para santri.
Menurut salah satu santri dari pondok pesantren banyak hal yang menjadi penyebab para santri yang menyontek saat imtihan diantaranya yaitu kurangnya rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki dan terlalu khawatir takut mendapat nilai jelek jika tidak menyontek.
Ada juga yang tidak bisa menjawab soal karena sebelumnya tidak belajar bahkan ada yang tertidur ketika mengerjakan soal sehingga dia bertanya pada teman atau sharing jawaban, jika soal tidak dijawab maka tidak mendapat nilai jika dijawab walaupun salah akan mendapat nilai walaupun hanya sedikit.
Ada juga yang menyontek itu karena melihat temannya menyontek, jadi dia ikut meniru menyontek karena takut kalah saing dengan temannya yang menyontek, pikirnya yang menyontek akan mempunyai nilai yang bagus dari dia sehingga diapun ikut menyontek.
Terkadang juga ada guru pengawas yang tidak menegur santri saat melihat ada santri yang menyontek atau bertanya jawaban pada teman yang penting kondisi ruangan dalam keadan tenang tidak gaduh. Ada juga yang menyontek itu takut mendapat nilai jelek karena ditekan orang tuanya untuk mendapat nilai bagus sehingga dia tidak percaya diri dengan kemampuannya ketika mengerjakan soal imtihan. Hal tersebut bisa menjadi penyebab dari kenapa santri tidak menerapkan sikap jujur dalam mengerjakan soal imtihan.
Mereka juga menghiraukan dosa yang akan di dapat ketika tidak menerapkan sifat jujur dalam mengerjakan soal imtihan. Menyontek dianggap hal biasa ketika mengerjakan imtihan dan seperti hal yang lumrah. Padahal mereka tahu bahwa menyontek itu perbuatan tercela serta termasuk suatu kebohongan.
Kebohongan merupakan induk dari berbagai macam perkara buruk yang dapat merugikan diri sendiri. Jika dia membiasakan menyontek ketika mengerjakan imtihan itu sama saja seperti menanamkan sifat buruk pada diri mereka dan akan menimbulkan rasa ketagihan untuk mengulangi perbuatan tersebut.
Salah satu dalil Al-Qur'an mengenai wajibnya jujur dalam islam diantaranya adalah di dalam surat Al-Maidah ayat 8: