Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Shali 'ala Sayyidina Muhammad wa Ali Sayyidina Muhammad
Robbi habli hukmaw wa alhiqni bish-sholihin,
wajl'al lisana shidqin fil akhirin,
waj'alni miw warosati jannatin na'im. (Qs.Asy-Syu'ara [26]: 83-85)
Ismi: Suhartini
Namanya Bu Suhartini, orang-orang memanggilnya Bu Har. Guru agama di sekolah tempat aku mengajar. Aku mengenalnya tak begitu lama dibanding dengan rekan-rekan guru yang lain dikarenakan Bu Har purnabakti, hanya sekira dua tahun. Ada rasa sedih. Apalagi ketika acara perpisahan 'kecil' di kantor bersama guru-guru. Selain Bu Har, ada juga Bu Hj. Inih, lalu Pak Heri yang pindah tugas mengajar. Dalam acara singkat tersebut, setiap guru purna bakti memberikan sambutan sepatah-dua patah kata yang disampaikan pada pertemuan tersebut. Bagian ini yang menguras air mata. Walau pun sebetulnya aku tak begitu sesegukan, dan mencoba menahan rasa sedih tersebut, aku mencoba membendung air yang akan melintas di kedua pipi. Dalam sambutan tersebut tampak Bu Har terbata-bata berucap, menahan tangis, matanya sembab tak kuasa. Sesekali berhenti sekejap karena menahan rasa. Terdengar parau di telinga, ah..sedih saat itu. Ketika acara usai, sebelum para guru makan bersama, Bu Har berkata padaku, "Pak Reza.., nih.. padahal ibu udah nulis sambutan buat perpisahan di kertas, tapi lihat Pak Heri jadi ikutan sedih. Jadi mau nangis."terangnya kemudian seraya menyodorkan selembar kertas konsep yang telah ditulisnya. Saya balas dengan senyuman seraya tak ingin terbawa haru, "ayo Bu Har.., kita makan."
Lisana shidqin fil akhirin
Ada sebuah doa yang indah dari Nabi Ibrahim as. Doa tersebut saya kutip di awal-awal tulisan ini. Mari kita terjemahkan doa tersebut, yang terdapat pada surat Asy-Syu'ara; 83-85:
"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan."
Salah satu penggalan doa tersebut adalah; jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. Sama halnya seperti amal jariyah, lisana sidqin dapat berupa kebaikan. apapun itu bentuknya. Saya rasa banyak sekali kebaikan yang Bu Har lakukan. Setiap guru pasti memiliki kesan terhadap Bu Har. Ibarat buyut atau nenek kita yang menanam pohon buah atau jati, biasanya hasilnya tak sempat dialami. Ia hanya menanam untuk kemudian dapat dirasakan oleh anak-cucunya kemudian. Begitu pula dengan kebaikan. Kebaikan itu terus mengalir tanpa henti. Kebaikan-kebaikan itu laiknya rembesan-rembesan mata air atau air yang keluar dari akar pepohonan besar untuk kemudian bermuara sedikit-demi sedikit membuat aliran air besar. Quran memberi perumpamaan ibarat sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Bu Har memang sudah purna bakti akan tetapi kebaikan-kebaikannya menjelma biji-biji. Semoga Allah melipat gandakan segala kebaikannya. Sehat-sehat bu Har.
Rasa syukur senantiasa tercurah kepada orang-orang yang telah mengalirkan nikmat itu sampai kepada kita. Terimakasih Bu Har.
Wama taufiqi illa billah 'alaihi tawakaltu wa ilaihi unib.
Â
Padalarang, 17 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H