Yakushima adalah pulau kecil di selatan pulau Kyushu, Jepang. Karena letaknya yang memang agak terpencil, tidak banyak orang tahu tentang pulau yang penduduknya tidak lebih dari 15000 jiwa ini. Namun faktanya, Yakushima adalah pulau di Jepang yang memiliki curah hujan terbesar sepanjang tahun, yang menyebabkan daerah ini ditumbuhi oleh berbagai jenis vegetasi yang membentuk hutan hujan subtropis yang katanya sangat indah untuk dinikmati. Posisi Yakushima di Jepang
Source :Â http://www.asahi-net.or.jp/~hn7y-mur/mononoke/mono054.gifTujuan utama para turis di pulau ini umumnya cuma satu: Joumonsugi, sebuah pohon cedar jepang tua yang berusia lebih dari 4000 tahun dan berdiameter kurang lebih 30 meter. Karena letaknya yang berada di tengah pulau dan ketiadaan transportasi di pulau ini, tidak mudah untuk bisa melihat pohon kramat ini. Pengunjung harus mendaki kurang lebih 5 jam (pulang-pergi= 10 jam) dengan jalan yang relatif tidak mudah untuk dilalui.
Kebetulan perjalanan ke Yakushima menjadi salah satu agenda trip wisuda saya dengan beberapa teman dekat saya di kampus. Bermodal nekat dan semangat karena ingin melihat Joumonsugi, kami pun bergegas menuju salah satu pelabuhan di kota Kagoshima, dimana kita bisa menemukan ferry untuk mencapai pulau ini. Ongkosnya lumayan mahal, sekitar 14000 yen untuk pulang-pergi. Sebenarnya ada tiket yang lebih murah lagi, tapi sayangnya jadwalnya kurang cocok dengan agenda tur kami. Perjalanan dengan ferry memakan waktu hampir 3 jam. Sampai yakushima langit sudah mulai gelap. Kami pun dijemput oleh Mio, teman kami yang sekarang sedang bekerja di sana. Mio akan menjadi guide gratis kami selama pendakian besok. Untung sekali kami punya kenalan disana, soalnya kalau melihat tarif untuk menyewa guide seperti yang dilakukan orang-orang yang kesini, harganya bisa cukup menguras dompet :14000 yen per orang (per-orang loh, bukan per-grup). Sebelum menuju ryokan (penginapan khas jepang), kami singgah dulu di restoran terdekat yang menyediakan masakan lokal. Menu utamanya ternyata seafood.
Â
Menu makan malam saya
 Rombongan tur kami. Kelaparan setelah mabuk naik feri XD
Dan inilah ryoukan kami. Dengan biaya 3000 yen per orang, ryokan ini kita bisa katakan sangat murah karena kita mendapat kunci untuk satu rumah yang didalamnya 4 kamar tidur, shower room denga ofuro serta 2 toilet terpisah, mesin cuci, dan dapur. Alhamdulillah fasilitasnya lengkap banget!
Â
Besoknya, kami bangun sebelum subuh dan naik bus yang paling pagi dari halte sekitar hotel. menunggu bus di pagi buta
Kami harus turun di salah satu halte untuk berganti bus yang menuju start pendakian. Rupanya walaupun masih pagi buta sudah lumayan banyak orang yang sudah berkumpul disana.
Â
Suasana halte bus
Setelah menempuh 30 menit perjalanan dengan bus, akhirnya kami pun sampai di start pendakian. Saya melihat jam sejenak, jam 6 lewat 10 menit. Langit masih biru kehitam-hitaman dan matahari belum tampak di ufuk timur. Setelah mengecek persiapan, kami memulai perjalanan. Di awal perjalanan ada tunnel pendek yang harus kita lalui.
Â
Dari sana kita menelusuri trek berbentuk rel kereta yang katanya dulunya digunakan untuk mengangkut kayu-kayu hasil hutan.
Â
Â
Â
Ternyata di tengah perjalanan pun sudah lumayan banyak bisa kita temui pohon- pohon besar yang usianya ribuan tahun.
 Pohon yang katanya sudah berumur 1000 tahun.
Banyak juga kita lalui jembatan yang dari sana kita bisa liat pemandangan sungai berbatu- batu besar dengan airnya yang masih sangat jernih.
Â
Â
Â
2 jam berjalan diatas rel yang relatif datar, inilah saatnya ke pendakian sebenarnya.
Â
Â
Biasanya cuaca hujan, tapi untungnya hari itu cerah. Cuma karena hari sebelumnya turun salju, jalan agak licin karena masih ada kristal- kristal es di sepanjang trek.
Sekitar satu jam kemudian, kami sampai di sebuah gua kecil dengan tempat peristirahatan di sampingnya. Di gua sana terdapat lubang diatapnya, kita bisa melihat kalau lubang itu berbentuk hati jika bisa mendapatkan sudut pandang yang pas. Untung saya lagi galau, jadi saya bisa cepat menemukan bentuk hati itu! *silakan kalau mau muntah XD
Â
Â
Â
Kami pun melanjutkan perjalanan, dan yuck….jalanan bersalju makin banyak dan saljunya pun semakin tebal. Tidak sedikit dari kami yang terpeleset gara- gara salju ini.
Â
Â
Setelah mendaki hampir 5 jam, jreng..jreng..jreng... Joumonsugi mulai terlihat! Walaupun pohonnya gedee sekali, tapi sayangnya tidak diperbolehkan mendekat. Jujur agak kecewa, soalnya hanya dengan foto dari jauh, ukuran sebenarnya pohon tersebut kurang bisa tersampaikan.
 Joumonsugi. Sebenarnya pohonya besar sekali. tapi agak susah menyampaikannya lewat foto ini :( Foto bersama di tempat observasi joumonsugi
Sebagai perbandingan, ini satu foto yang saya ambil dari internet ketika pengunjung masih bisa mendekati pohon tersebut.
 http://www.tc.knct.ac.jp/~yshimo/yama/yakusima
Gimana? Luarrr biasa besar bukan?
Setelah puas berfoto2, akhirnya kami turun mendaki. Dibutuhkan kurang lebih 4 jam untuk sampai halte bus. Sampai ryoukan, jam baru menunjukkan pukul 5 sore. Kami pun mandi dan terlelap pulas karena letih yang luar biasa haha.
Begitulah kisah perjalanan pendek saya di Yakushima. Untuk kisah selanjutnya nanti saya tulis lagi kalau ada waktu.
Salam!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H