Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Canda, Pisau Bermata Dua

21 November 2023   19:40 Diperbarui: 21 November 2023   19:41 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh Tabrani Yunis

Bercanda, kata dasarnya adalah canda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata canda diartikan dengan tingkah, kelakar, senda gurau, seloroh.  Artinya, ketika seseorang bercanda, bisa diartikan sebagai bentuk tingkah seseorang. Juga bisa dalam bentuk kelakar, atau senda gurau atau seloroh. Canda masuk dalam kategori kata benda atau dalam bahasa Inggris disebut dengan noun. Sementara bercanda masuk kategori kata kerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan verb.

Dalam kehidupan sehari -hari kita sering terlibat dalam canda. Ya, bercanda menjadi kebiasaan banyak orang dalam praktik kehidupan sehari-hari. Busa jadi  Hampir setiap orang ada  bercanda. Sudah pula menjadi sifat manusia yang suka bercanda. Bedanya ada pada frekwensi atau Intensitasnya, tentu saja tidak sama, berbeda-beda. Ada orang yang kadar bercandanya begitu banyak atau sering, ada pula yang sangat minim, malah tidak suka dengan bercanda dan candaan.

Pokoknya bercanda itu tetap ada dan  dilakukan oleh semua umur, dari usia anak-anak, hingga orangtua. Bercanda itu bahkan sudah ada sejak manusia ada. Biasanya orang-orang bercanda sebagai sebuah kesenangan, menyenangkan hati sendiri dan juga hati orang lain. Juga sekadar lucu-lucuan yang membuat orang lain atau kawan bicara merasa senang dan ikut tertawa dan gembira. Apalagi kalau candaannya sehat dan menggelitik. Pasti menyenangkan. Jadi secara positif, canda memang bisa membahagiakan.

Selain itu, dalam konteks interaksi sosial, secara fungsional canda atau bercanda itu menjadi perekat atau daya tarik seseorang dengan lawan bicara atau teman, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Orang bisa cepat akrab dengan orang lain atau mudah berhasil, karena canda. Orang yang suka bercanda biasanya lebih periang. Karena suka  melucu, membuat orang-orang tertawa ria atau juga sebagai bentuk gembira. Tentu, ketika bercanda itu merupakan candaan yang menyenangkan dan membahagiakan, eksistensinya sangat membantu menyenangkan dirinya dan juga orang lain sebagai lawan bicara.

Berbuah Duka dan Petaka

Tak dapat pula dipungkiri bahwa candaan memang sering membuat seseorang menjadi tersegarkan, ketika canda itu tidak melukai hati dan perasaan , namun tidak selamanya bercanda itu menyenangkan, menjadi gelak tawa atau berbuah suka dan gembira, senang atau membahagiakan. Banyak candaan yang berujung duka atau canda membawa petaka.  Karena canda Juga, ibarat pisau bermata dua. Juga sering dianggap sebagai bumbu. Ada kalanya manis atau enak untuk ditelan, ada pula bisa kecut, Asin atau malah pedas, sehingga dalam banyak kasus etika canda berlangsung, bisa menyinggung perasaan teman atau kawan, lawan bicara. Ujungnya menyulut emosi dan sering kali pula berbuah pertengkaran, bahkan perkelahian yang menyebabkan terjadinya aksi kekerasan.  Kasus-kasus candaan yang membawa duka pun, sering sekali kita dengar di dalam masyarakat kita, seperti halnya perkelahian dan sebagainya itu.

Candaan sebagai salah satu sifat manusia, perilaku bercanda pun ada di dalam semua sektor kehidupan. Di dunia politik, candaan - candaan bisa sangat sensitif. Banyak kasus canda di dalam dunia politik yang berujung ke penjara, atau didera oleh sikap dan aksi kekerasan. Kasus-kasus candaan dalam musim politik yang berujung kekerasan tentu selama ini seeing kita dengar, bahkan di Amerika seperti dirili Kompas.id, 24 September 2020 menceritakan bahwa " Seorang warga di kota Mason dilaporkan kepada polisi, gara-gara memandang kloset di depan rumahnya. Yang membuat nyelekit bagi sebagai warga lain adalah tulisan di Samping klozet itu. Place mail in ballots here. Maksudnya surat suara via pos agar dimasukan ke kloset itu. Kejadian yang terjadi di tengah memanasnya atmosfer politik di Amerika Serikat, Pilpres 3 November.

Nah, dalam dunia pendidikan di tanah air kita, Indonesia, peristiwa duka akibat bercanda juga sesungguhnya sering terjadi dan menjadi kasus-kasus yang penyelesaiannya harus ditempuh lewat jalur hkm dan bahkan membawa petaka. Rhama Purna Jati di Kompas.id 3 November 2023 memaparkan bahwa dalam waktu satu minggu, setidsknya sudah ada dua kapdan kasus candaan membahayakan terjadi di Bekasi, Jawa Barat, yakni di SMP Negeri 2 Bekasi dan di SDN Jatimulya 09, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Di luar kasus itu, banyak kasus bercanda yang sangat membahayakan bagi anak---anak di sekolah yang menyebabkan petaka, karena canda yang membahayakan itu menyebabkan cedera. Seringkali ketika kita atau anak-anak di ruang kelas bercanda dengan teman yang berakibat fatal. Satu dari sekian banyak tindakan canda adalah ketika seseorang, seperti halnya Siswa bercanda dengan  temannya, untuk melucu-lucu, lalu memindahkan kursi atau tempat duduk kawannya ketika kawan tersebut berdiri. Lalu, ketika duduk kembali, kursi sudah dipindah dan sang kawan pun terhempas ke lantai dan menyebabkan sang kawan kesaktan dan bahkan tidak bisa lagi bangun atau berdiri, apalagi berjalan. Sang kawan yang terjatuh pun menjadi korban candaan berupa petaka yang mencederai hingga fatal.  Bukan hanya dengan canda itu, banyak lagi bentuk  candaan yang berujung duka dan masuk dalam kategori perundungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun