Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membangun Sikap Konsisten dan Percaya Diri Menulis

28 Oktober 2023   20:56 Diperbarui: 28 Oktober 2023   21:14 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Pagi ini, Sabtu 28 Oktober 2023, dalam perjalanan mengantarkan anak, Amanda Nayla ke sekolah ya, MTsN Model Banda Aceh, penulis menerima pesan di whatsapp dari Khairiah. Pesan WA itu tidak langsung dibuka, karena sedang mengemudi mobil. Karena membuka WA atau menggunakan handphone saat berkendaraan itu tidak dibolehkan oleh aturan lalulintas. Tentu bukan saja, karena tidak dibolehkan oleh aturan lalu lintas, jauh lebih penting diketahui dan diterapkan dalam kehidupan sehari -hari bahwa menggunakan HP, menelepon atau membaca WA sambil mengendarai kendaraan bisa menyebabkan petals bagi diri sendiri, juga bagi orang yang ada di kendaraan kita serta orang lain yang mungkin berada di sekitar kita.

Setiba di POTRET Gallery, matikan mobil dan duduk di kursi panjang depan POTRET dan mengambil HP untuk membaca pesan tadi. Ternyata, ucapan salam yang mengantarkan satu tulisan di attachment. Tulisan yang berjudul Sampah, Tanggungjawab Bersama untuk masa depan yang lebih hijau. Tulisan menarik yang ingin dipublikasikan di www.potretonline.com.

Belum sempat tulisan tersebut di-download dan diproses, penulis menerima pesan lanjutan, masuk ke layar HP Penulis. Pesan itu, menarik karena meminta pendapat penulis mengenai menulis. Ini adalah pertanyaan yang sangat disukai dan dinanti. Pertanyaan sederhana,  sudah lazim ditanyakan Banyak orang.  Namun sebagai orang yang suka mengajak dan memotivasi orang untuk menulis, penulis merasa perlu memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaannya.

" Bagaimana Ya pak supaya bisa konsisten menulis? Ilmu nulisnya meningkat?"  Pertanyaannya sederhana, bukan? Bila pertanyaan itu ditujukan kepada anda, jawaban Apa yang anda berikan?

Pertanyaan itu sebenarnya perlu dikonfirmasikan lagi. Apa yang dimaksudkannya dengan konsisten menulis. Apakah harus bersikap konsisten dengan apa yang ditulis, atau agar selalu tetap menulis. Namun karena jawaban yang penulis berikan secara spontan, maka pertanyaan itu tidak dikonfirmasikan lagi. Penulis pun langsung memberikan jawaban awal. Ya,  secara spontan penulis memberikan jawaban lewat gawai yang sedang di tangan seperti berikut ini.

Kunci  konsisten menulis adalah , selalu ada niat menulis.  Artinya ada kemauan untuk menulis, menulis dan menulis. Karena seseorang akan lancar menulis apabila yang bersangkutan terus menulis, menulis dan menulis. Karena dalam proses pembelajaran kita mengenal credo atau ungkapan bahwa lancar kaki, karena diulang, pasal Jalan, karena dilalui. Bukan hanya itu, penulis juga ingat dengan ungkapan dalam bahasa Inggris yang mengajarkan kita untuk selalu berlatih. Ya, the key of learning is practice, practice, practice. Ya, practices make perfect. Ini tentu dalam konteks belajar menulis. Namun agar konsisten menulis, pada prinsipnya sama, tetaplah menulis, kapan saja, di mana saja dan dalam kondisi Apa pun. Biasakan diri tetap menulis setiap hari, walau hanya satu tulisan, tetapi rutin dan menjadi kebutuhan. Oleh sebab itu, agar tetap Istiqamah atau konsisten, jadikan kegiatan menulis sebagai sebuah kebutuhan, bukan sebuah hobby.

Kedua, agar selalu mendapat  banyak ide untuk ditulis, maka banyaklah membaca. Banyak membaca, akan banyak dapat ide. Banyak mengamati, banyak dapat inspirasi. Lalu yang ke tiga,  ketika sudah mendapat ide, jangan biarkan ide itu hilang atau lenyap  begitu saja. Tangkap ide itu dengan menuliskannya di catatan atau notes Hp yang sangat dekat dengan kita. Ke empat, wujudkan ide tersebut dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, hingga ada list masalah yang bisa ditulis. Ke lima, tuliskan, walau tidak tuntas. Begitulah jawaban yang penulis berikan. Bagaimana pendapat anda?

Eh, ternyata pertanyaan yang harus penulis jawab, bukan hanya itu, ada pertanyaan lanjutan. Seperti ini. Bagaimana supaya kita PD ( percaya diri) dengan tulisan yang sudah jadi, memang layak dikirim ke media?

Wah! Ini pertanyaan yang  juga menarik untuk dijawab atau direspon. Paling tidak, dengan berusaha memberikan jawaban ini, penulis bisa terkait untuk  memberikan jawaban terkait masalah-masalah dalam menulis. Ya, kembali secara spontan pula, penuli memberikan jawaban seperti berikut ini.

Bagaimana agar PD? Tanya penulis lagi. Ya, katanya. Maka untuk menjalankan itu, penulis katakan,  "Ingat PD itu tidak bisa dibeli, karena kalau pun kita punya banyak uang, kita tidak bisa membelinya, bahkan kita tidak tahu berapa harga sebuah PD, Ya karena tidak ada dalam price list di swalayan atau super market. Bahkan di mall-mall besar pun tidak kita jumpai PD itu. Lalu? ".

Jawaban untuk pertanyaan ini sama dengan jawaban yang penulis berikan di atas. Ya, agar rasa percaya diri itu  tumbuh kembang dalam diri kita, kuncinya adalah do it, do it and do it again. Ya, lakukan, lakukan dan terus lakukan. Tulis, tulis dan tulis. Kirim, kirim dan kirim terus ke media yang mau menerima tulisan kita. Dengan cara ini, rasa percaya diri akan tumbuh kuat dan bahkan bisa meningkatkan kapasitas diri dalam menulis. Benar, bukan?

Apa yang membuat kita tidak percaya diri mengirimkan tulisan kita ke media adalah karena kebiasaan kita mengadili tulisan kita sendiri. Sering kali kita berkata bahwa tulisan kita tidak bagus. Kurang ini dan kurang itu dan sebagaiinya hingga tulisan tersebut tidak sampai ke Meja redaksi. Akhirnya Ya tidak ada satu tulisan pun yang muncul di media. Rugi, bukan?

Pertanyaan terakhir yang penulis terima adalah, " Bapak kalau nulis ada waktu khusus nggak? Bagaimana membagi waktu dengan kegiatan sehari-hari? Pertanyaan ini pun penulis jawab dengan tidak menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah beban dan khusus. Ya ini adalah jawaban penulis tadi pagi.

"Saya tidak pernah menyediakan waktu khusus. Saya bisa menulis kapan saja, di mana saja. Sekarang Saya sedang duduk di depan POTRET Gallery sambil menunggu karyawan toko membuka toko, menuliskan jawaban terhadap pertanyaan yang Khairiah tanyakan itu menjadi sebuah cerita atau tulisan.

Nah, ternyata begitu mudah menulis itu bukan? Mengapa demikian? Ya bayangkan saja, percakapan lewat gawai yang singkat itu bisa dijadikan sebuah tulisan dan tulisan itu langsung bisa dibagikan kepada para pembaca, tanpa harus malu, takut, dan menghakimi tulisan sendiri. Begitu mudah, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun