Kita tak punya cukup alasan untuk menangkal berbagai hasil survey atau Penelitian yang mengatakan bahwa minat membaca, kemampuan literasi Anak negeri ini jauh lebih rendah dibandingkan negata-negara lain. Sayangnya Pemerintah kita hingga kini masih belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk kualitas guru kita. Â Celakanya, dalam hal kemampuan minat membaca dan kemampuan literasi, seperti bunga yang layu sebelum berkembang. Lebih dahulu padam minat membacanya, Sebelum sempat memuncak. Â Dengan kata lain, bahwa minat membaca generasi Bangsa yang sedang disemai dan belum tumbuh berkecambah, lalu mati tergilas oleh kemajuan teknologi digital. Minat membaca Bangsa Indonesia secara umum layu Sebelum sempat berkembang. Di saat bangsa-bangsa lain sudah sangat tinggi budaya baca mereka, bangsa kita yang baru memulai, langsung hilang minat membaca. Sangat berbahaya, bukan?
Menurunya minat membaca bukan saja terjadi di kalangan anak-Anak, tetapi juga guru dan orang tua. Padahal, orang tua dan guru sebagai pendidik  adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing , mengarahkan , melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lalu, kalau minat membaca saja rendah, bukankah anak-anak kita akan diajarkan oleh guru-guru yang galau? Bukankah di era digital saat ini sangat dibutuhkan hadirnya sosok guru yang memukau? Guru yang memukau biasanya adalah guru yang merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H