Ke empat, sebagai warga masyarakat yang peduli dan merasa prihatin dengan kondisi ini, maka bincang-bincang ini menjadi menarik dan penting agar sekalian bisa mengajak semua elemen, merasa perlu dan penting membangun kesadaran bersama bahwa rendahnya minat membaca, rendahnya kemampuan literasi itu adalah wajah kebodohan bangsa. Juga wajah rendahnya peradaban anak bangsa ini. Oleh sebab itu menjadi perlu membangun gerakan literasi anak negeri ini, dengan menjadikan literasi sebagai kebutuhan bersama dan rendahnya kemampuan literasi adalah musuh bersama, yang harus dipikirkan bersama dan diupayakan bersama agar anak-anak generasi mendatang tidak menjadi generasi yang kosong ilmu pengetahuan dan akhlak.
Ke lima, sebagai seorang muslim, penulis merasa punya tanggung jawab, sebagaimana halnya umat Islam lainnya ikut taat akan perintah Allah. Bahwa Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad untuk ber-iqra. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari umat muslim penulis pun sesungguh punya kewajiban untuk menyampaikan kepada generasi bangsa bahwa membaca, membangun kemampuan literasi adalah wajib, bila ingin meningkatkan kualitas diri, keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat umumnya. Dengan demikian generasi milenial bisa menjadi generasi yang berilmu, terampil dan berakhlak mulia.
Nah, bila kita mengidentifikasi landasan pikir mengapa hal itu menarik, penting dan sangat perlu dibicarakan, maka akan banyak alasan yang tergali. Namun, bincang minat baca dalam acara Aceh Bicara ini, tentu tidak semua hal akan terpaparkan. Apalagi durasi waktu untuk acara tersebut hanya satu jam, belum dikurangi iklan dan panjangnya penjelasan yang mungkin saja bisa lari fokus diskusi atau perbincangan.
Namun, dari perbincangan singkat itu kita selayaknya bisa mengambil hikmah, best practice atau pembelajaran baik dari kegiatan ini. Misalnya, kegiatan bincang ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar yang disebabkan oleh sikap peduli ( Care) terhadap masalah anak bangsa yang sedang dirundung bahaya kemiskinan literasi. Perbincangan ini juga merupakan bentuk upaya untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya membangun minat membaca yang merupakan bagian dari kemampuan literasi itu. Perbincangan ini, paling tidak telah menjadi lonceng pengingat bahwa bangsa ini, terutama generasi milenial, generasi A atau seterusnya sebagai pemilik zaman ini, sedang dihadapkan pada kondisi yang berbahaya, karena mengabaikan literasi yang sesungguhnya adalah kebutuhan yang menjadi amunisi untuk membangun bangsa atau generasi yang cerdas dan berakhlakul karimah.
Kemudian, sebagaimana disebutkan di atas bahwa masalah rendahnya minat membaca di kalangan generasi sekarang, generasi milenial adalah masalah kita bersama. Oleh sebab itu, diperlukan upaya bersama untuk membangun kesadaran bahwa membangun kemampuan literasi adalah kebutuhan bangsa ini agar bisa menjadi bangsa yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia serta mampu bersaing dengan masyarakat dunia atau global. Â Tak dapat dimungkiri bahwa rendahnya minat membaca, rendahnya budaya membaca, rendahnya kemampuan literasi pada level literal, analitis dan kontemplatif adalah kondisi yang sangat berbahaya bagi bangsa ini, yang konon mendapat bonus demografi. Apa artinya bonus demografi apabila generasi ini lemah dalam kemampuan literasi?
Oleh sebab itu, selayaknya kuta peduli, sadar, terpanggil untuk bangkit dari keterlenaan tipu daya teknologi yang memanjakan dan mematikan kesadaran akan pentingnya literasi untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Semua pihak harus sadar bahwa penting membangun kembali kesadaran seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk secara sinergis  membangun  minat baca dan kemampuan literasi, baik pada level leteral, analitik maupun kontemplatif.
Mengingat bahwa masalah literasi adalah masalah kebutuhan dasar setiap orang, dan masalah setiap orang serta menjadi masalah setiap keluarga, suku dan bahkan agama dan negara, maka diperlukan langkah serius untuk upaya ini, kecuali kita ingin dan suka dengan kondisi bangsa yang bakal jadi pecundang kini dan di masa depan. Oleh sebab itu, sekali lagi  diperlukan upaya serius membangun sinergi antar pihak, antara semua pihak mulai di keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua bisa mengambil peran dan berpartisipasi secara aktif membangun kemampuan literasi anak bangsa, generasi kini dan esok.
Dengan demikian, ketika kemampuan literasi anak negeri  terbangun dengan optimal, harapan agar generasi milenial mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia, akan bisa terwujud. Tentu ada banyak cara atau strategi yang bisa ditempuh, bila semua mau, berkomitmen serta didukung oleh political Will pemerintah yang kuat, paling tidak kita bisa mengantisipasi bahaya kemiskinan literasi yang bakal dihadapi oleh generasi milenial, kini dan di masa depan.
Kita sayang menyaksikan rendahnya minat membaca, yang telah ikut berkontribusi terhadap matinya perpustakaan, taman bacaan serta sepinya pasar buku yang katanya karena perubahan zaman. Padahal, buku dalam bentuk apa pun wujudnya tetap harus ada. Tidak sepatutnya pula toko buku-toko buku serta perpustakaan yang menyediakan buku harus gulung tikar dan tutup.
Di sinilah pentingnya membangun kembali kesadaran untuk membangun minat membaca. Pokoknya, bila kita sadar dan mau, banyak hal yang bisa kita upayakan secara bersama. Kuncinya adalah komitmen setiap orang untuk meningkatkan minat membaca dan kemampuan literasi anak negeri harus selalu diupayakan dan terjaga.
Pihak pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap upaya mencerdaskan bangsa, harus dengan serius membangun gerakan literasi di semua sektor, termasuk sektor pendidikan. Ya, sekali lagi “ kita harus bangkit. Bangkit bersama dari kebodohan, kemiskinan literasi agar mampu membangun bangsa yang cerdas dan bermartabat serta beradab.