Kini, ketika di negeri ini memiliki kebun sawit yang sangat luas, hampir di seluruh pulau di tanah air. Kompas.com, edisi 10 Januari 2022 memaparkan bahwa luas perkebunan sawit Indonesia.Â
Selama 2014-2018, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,89 persen. Penyusutan kebun sawit hanya terjadi pada tahun 2016 ketika luas kebun kelapa sawit sedikit mengalami penurunan sebesar 0,5 persen atau berkurang seluas 58.811 hektar.
Cukup luas bukan?
Ya, tak dapat dipungkiri bahwa di tanah kita penuh sesak dengan pohon sawit, namun bukan milik bangsa ini, tetapi milik negara tetangga atau warga negara lain yang punya banyak uang.Â
Wajar saja kalau di kebun sawit harga minyak goreng jauh lebih tinggi dibanding di negara tetangga Malaysia. Kompas.com, 09 Januari 2022 menulis, Ironi Penghasil CPO Terbesar Dunia, Harga Minyak Goreng Malaysia Rp 8.500 Per Kg, Indonesia Tembus Rp 20.000 Per Kg.
Sedih sekali bukan? Ya sangat sedih. Maka, wajar kalau saat ini pikiran berkelana jauh ke masa silam, masa penulis masih kecil di kampung  halaman di Manggeng, Aceh barat daya ( Abdya), Provinsi Aceh.
Teringat pada seorang perempuan tua yang kala itu sedang sibuk memasak di dapur kecil yang beratap rumbia di persimpangan gang di desa Padang, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya. Sambil menanak nasi, perempuan tua itu memanaskan minyak kepala di dalam sebuah kuali ukuran sedang di atas tungku kayu yang harus selalu ditiup agar api tetap menyala.Â
Asap putih mengepul keluar dengan bau minyak yang menyengat membuat ia dan orang-orang yang lalu lalang terbatuk-batuk karena bau minyak itu. Padahal perempuan itu sudah memasukan beberapa iris jeruk nipis ke minyak panas itu untuk menghilangkan bau, namun memang minyak kelapa selalu mengeluarkan bau yang membuat orang batuk, saat dipanaskan, tetapi setelah bau hilang, segala macam gorengan tidak lagi berbau.
Ya, setelah bau minyak kelapa itu hilang, perempuan tua itu mulai menggoreng pisang-pisang yang dibaluti dengan adonan tepung yang akan dijual di warung-warung kopi di desa itu. Menggoreng pisang  dengan minyak kelapa untuk dijual di warung-warung itu menjadi pekerjaan utama perempuan tua itu yang dapat menopang hidupnya. Minyak kelapa telah menjadi bahan untuk menggoreng makanan.
Pikiran juga tertuju pada tempat pembuatan minyak kelapa yang diproduksi secara tradisional oleh hampir setiap keluarga. Keluarga-keluarga yang memiliki kebun kelapa atau pun tidak, sering membuat minyak kelapa secara tradisional. Mereka kelapa membuat minyak kelapa lewat proses permentasi ( dibusukan).Â
Proses pembuatan minyak kelapa yang begitu mudah dan sederhana. Pertama kelapa yang sudah dikupas, lalu dikukur dan dimasukan ke dalam wadah seperti ember atau timba plastik yang besar.Â
Kemudian ditutup dengan plastik transparan, dan disimpan atau dimalamkan beberapa malam hingga membusuk dan mengeluarkan minyak. Seringkali berulat, namun ulat itu tidak jadi masalah.Â