Setelah gempa yang merontokan bangunan-bangunan dan kemudian disapu gelombang besar (tsunami), segala harta benda dan bahkan ribuan nyawa hilang dengan mayat - mayat manusia bergelimpangan di wilayah atau kawasan bencana.Â
Di tengah bergelimpangan mayat di wilayah bencana di mana kehancuran yang amat sangat berat dan masif, hingga ada yang menyebutkan bencana tsunami Aceh lebih dahsyat dari revolusi, ternyata ada banyak orang yang berhati batu dan tertutup hati nurani mereka, yang terbuka adalah sifat serakah dan hilangnya nurani.Â
Bayangkan saja, banyak yang datang bukan untuk menolong korban yang bergelimang di tengah reruntuhan akibat tsunami. Mereka tega mengumpulkan harta benda korban, mencari emas dan uang serta harta benda lainnya, hingga mempretelin atau mengambil emas yang ada di tubuh mayat-mayat untuk mereka miliki.Â
Sungguh sangat bejat bukan? Padahal, apa yang mereka peroleh tersebut, tidak membuat mereka nyaman. Itulah yang terjadi. Hal itu mungkin tidak menjadi konsumsi media saat itu, namun tidak sedikit masyarakat di sekitar kawasan tedampak bencana mengetahui hal tersebut.
Nah, berangkat dari pengalaman-pengalaman di daerah bencana, kita harus lebih waspada terhadap tindakan buruk dari manusia-manusia berhati setan tersebut. Selayaknya pula warga korban dan yang terdampak harus selalu ingat bahwa tidak semua orang mau menjaga dan merawat hati dan tindakan.Â
Tidak semua orang memiliki nurani untuk tidak menjarah harta benda korban. Oleh sebab itu, bila ada yang melakukan itu, mau tidak mau, kita berdoa semoga mereka, pelaku penjarahan harta korban bencana di daerah bencana tersebut diberikan hidayah dan menyesali perbuatan mereka.Â
Hal yang harus dilakukan korban adalah beersabar dan memohon kepada Allah agar diberikan ganti. Yakinlah bahwa Allah Maha kaya, Maha membantu.Â
Penulis sendiri sudah mengalami dan menikmati bantuan Allah pasca bencana tsunami, lewat bantuan-bantuan yang tak terduga dari para dermawan yang telah dengan suka rela membantu. Alhamdulilah penulis kembali berdaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H