Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berharap Asap Tak Datang dan Terulang

24 September 2019   00:13 Diperbarui: 24 September 2019   05:00 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Acehtribunnews.com

Oleh Tabrani Yunis

Warga kota Banda Aceh dan juga pemerintah kota Banda Aceh merasa gelisah selama satu hari ini, karena sejak pagi langit di atas kota Banda Aceh kelihatan mendung, seakan hujan akan segera turun. Sementara matahari, tampaknya enggan bersinar seperti hari-hari sebelumnya.

Matahari tampak begitu muram dalam kumpalan awan hitam kelabu itu. Ya, kota Banda Aceh sepanjang hari ini menjadi gelap karena mendapat kiriman asap dari Riau atau mungkin pula dari Kalimantan yang katanya mengalami kebakaran  hutan dan lahan, bila tidak boleh disebut sebagai upaya sadar membakar hutan dan lahan, yang berakibat fatal.

Kepungan asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut, tidak hanya terhadi di kota Banda Aeh, tetapi juga di hampir seluruh wilayah Aceh, sebagaimana daerah lainnya di Sumatera.

Tebalnya kabut asap yang menyelimuti langit kota Banda Aceh khususnya dan Aceh pada umumnya telah menimbulkan kegalauan dari pihak masyarakat dan pemerintah kota Banda Aceh. Buktinya, hari ini di beberap persimpangan jalan, di lampu lalu lintas, banyak terlihat relawan PMI yang membagi-bagikan masker kepada para pengguna jalan, khususnya yang mengendarai sepeda motor.

Wali kota banda Aceh bahkan hari ini membagi-bagikan 3000 masker kepada warga agar tidak terpapar asap atau jerabu yang terbang hingga sangat rendah di tengah kota Banda Aceh hari ini. 

Banyak warga yang enggan keluar rumah, karena takut mengangggu kesehatan. Karena  aplikasi visual udara mencatat bahwa  polusi udara berada di angka 167 US air quality Index dengan status tidak sehat. Jadi, kepungan asap tersebut kini meresahkan banyak orang.

Nah, sebenarnya kepungan asap seperti ini, bukanlah kasus asap yang pertama sekali terjadi di Aceh dan di daerah sumber api. Persoalan kebakaran hutan dan lahan seperti ini sudah terjadi berulang kali, sejak beberapa tahun lalu. Bahkan sudah menjadi tradisi, karena terjadi setiap tahun. Aneh bukan?

Ya, kasus kebakaran dan pembakaran lahan seperti tahun ini sudah menjadi bencana yang bukan hanya merepotkan masyarakat yang tinggal di wilayah Sumatera dan kalimantan, tetapi berdampak buruk terhadap kondisi udara di negara tetangga se[erti Malaysia dan Singapura. 

Kasus asap kiriman Indonesia ke negara tetangga ini, membuat masyarakat Malaysia sering berkelakar. Penulis teringat kala tahun lalu mengadakan tour dua negara, Malaysia dan Singapura, bercana saat memberikan penjelasan tentang perubahan iklim dan cuaca di Malaysia.

Seorang gudie yang memberikan penejelasan kepada kami, berkelar bahwa di Malaysi saat ini juga memiliki 4 musim, dimana salah satu musim yang bertambha dalah musi asap yang dikirim dari kebarakan hutan di negeri kita. Jadi, ini sebenarnya memalukan kita.

Namun, sayangnya kasus pembakaran dan kebakaran hutan di negeri kita ini seperti ibarat keledai, ya suka jatuh di lubang yang sama. ya, kita cendrung  dihadapkan dengan kasus pembakaran dan kebakaran hutan dan lahan setiap tahun dan tidak mau belajar dengan serius dari kasus-kasus pembakaran dan kebakaran hutan dan lahan tersebut yang melanda kita selama ini.

Seharusnya, sebagai bangsa yang cerdas dan berdaya, kita tidak melakukan atau mengulangi kesalahan yang sama  setiap tahun. Oleh sebab itu, pemerintah harus bersikap tegas terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan tersebut, terutama dari kalangan pengusaha yang sudah hampir setiap tahun melakukan upaya pembakaran  hutan dan lahan. 

Hukum tidak boleh tumpul dan lemah terhadap para pelaku kejahatan atas hutan dan lahan tersebut. Bila lemah dan tumpul seperti sekarang, kasus pembakaran (kebakaran) hutan dan lahan seperti ini tetap akan berulang dan bahkan lebih buruk lagi ke depan.

Selayaknya kita belajar dari keledai yang terperosok ke lubang yang sama itu.  Kita berharap enough is enough, kasus pembakaran atau kebakan hutan dan lahan seperti ini tidak boleh terjadi lagi di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun